Home Bisnis Hijau Ekspor Energi Hijau Mulai Digarap, Indonesia Siap Jadi Pusat Listrik ASEAN

Ekspor Energi Hijau Mulai Digarap, Indonesia Siap Jadi Pusat Listrik ASEAN

0
13
Geti Media UKM - Ekspor Energi Hijau Mulai Digarap, Indonesia Siap Jadi Pusat Listrik ASEAN
Geti Media UKM - Ekspor Energi Hijau Mulai Digarap, Indonesia Siap Jadi Pusat Listrik ASEAN

Tangerang, 16 Mei 2025 – Indonesia dan Singapura menandatangani tiga perjanjian strategis dalam upaya memperkuat kerja sama pengembangan energi terbarukan lintas batas, dengan nilai investasi awal mencapai lebih dari 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 163 triliun. Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Energi dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Singapura Tan See Leng, di Jakarta, Jumat (13/6/2025). Ekspor Energi Hijau Mulai Digarap, Indonesia Siap Jadi Pusat Listrik ASEAN.

Tiga nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) mencakup: perdagangan listrik energi bersih, pengembangan teknologi carbon capture and storage (CCS) lintas batas, serta pembangunan kawasan industri hijau di Provinsi Kepulauan Riau.

Baca juga: Penurunan Omzet UMKM Jadi Sorotan, Ini Strategi Pemerintah Mengatasinya

“Kita tidak hanya berbicara tentang ekspor energi, tetapi juga membangun ekosistem industri hijau bersama. Ini bagian dari strategi transisi energi nasional dan komitmen kita terhadap masa depan rendah emisi,” ujar Bahlil.

Kerja sama ini juga mencakup ekspor listrik terbarukan ke Singapura hingga kapasitas 3,4 gigawatt (GW), yang akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di wilayah Batam dan Kepulauan Riau. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia perlu memproduksi sekitar 18,7 GW panel surya dan 35,7 GWh sistem penyimpanan energi (BESS).

Menurut Kementerian ESDM, proyek ini berpotensi menyerap 418.000 tenaga kerja, terutama dalam sektor manufaktur, konstruksi, dan operasional. Selain itu, diperkirakan proyek ini akan menghasilkan devisa sebesar 4–6 miliar dollar AS, serta penerimaan negara antara 210–600 juta dollar AS per tahun.

Menteri Tan See Leng menekankan bahwa kolaborasi ini membuka jalan bagi jaringan listrik ASEAN yang lebih terintegrasi.

“Ekspor energi ini akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan devisa, serta memperkuat rantai pasok energi terbarukan di Indonesia. Ini adalah langkah menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan di kawasan,” ujarnya.

Meski ekspor listrik lintas pulau dinilai menantang, sejumlah pakar menilai proyek ini sangat mungkin direalisasikan. Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menilai sistem transmisi bawah laut kini telah umum diterapkan di berbagai negara.

“Secara teknis, ekspor ke Singapura sangat memungkinkan. Syaratnya, harga jual harus sesuai keekonomian,” katanya.

Komaidi juga menyoroti bahwa kerja sama ini menjadi solusi jangka pendek untuk menyerap listrik EBT yang saat ini masih mahal untuk pasar domestik, karena harga jual listrik dari PLTU berbasis batubara masih di bawah Rp 2.000 per kWh.

Baca juga: Sleman Pimpin Transaksi E-Pengadaan, 2.001 UMKM Terlibat

Menurut Eka Satria, Ketua IV Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), kerja sama ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama energi bersih di Asia Tenggara, mengingat potensi EBT nasional mencapai 3.600 GW.

Dengan langkah konkret ini, Indonesia bukan hanya mengambil bagian dalam transisi energi global, tetapi juga mengarahkan fokus pada penguatan ekonomi hijau, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing industri energi baru dan terbarukan.