Prospek Hidrogen Hijau di Indonesia Menuju 2025

Tangerang, 7 Januari 2025 – Penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan bakar kendaraan di masa depan semakin menarik perhatian dunia, termasuk Indonesia. Hidrogen hijau diyakini dapat bersaing dengan gas bumi, biodiesel, dan listrik sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, komitmen negara-negara untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan semakin besar, seiring dengan kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi primer yang semakin terbatas.

China, sebagai salah satu negara yang sudah memimpin di sektor hidrogen hijau, menunjukkan upaya ekspansif dengan membangun pabrik hidrogen hijau berkapasitas 20.000 ton per tahun di Xinjiang, yang menjadi salah satu proyek pertama di dunia yang menggunakan fotovoltaik berlevel 10.000 ton. Meskipun di Indonesia pengembangan hidrogen hijau belum seaktif biodiesel atau kendaraan listrik, namun PT Pertamina dan PT PLN mulai menunjukkan komitmennya. Pada Februari 2024, PLN meresmikan proyek Hydrogen Refueling Station (HRS) dan Green Hydrogen Plant (GHP) di PLTP Kamojang, sementara Pertamina melakukan groundbreaking HRS di SPBU Daan Mogot, Jakarta.

Baca juga: Potensi Sampah Makanan untuk Bisnis yang Berkelanjutan

Meski begitu, perkembangan hidrogen hijau di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama setelah peresmian tersebut, yang seakan tidak diikuti dengan berita-berita perkembangan signifikan. Padahal, permintaan hidrogen di dalam negeri diperkirakan akan sangat besar pada masa mendatang. Kementerian ESDM menyebutkan bahwa pada 2060, Indonesia menargetkan produksi hidrogen mencapai 9,9 juta ton per tahun, dengan sektor industri, transportasi, kelistrikan, dan jaringan gas rumah tangga sebagai konsumen utamanya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor hidrogen bersih ke negara-negara dengan permintaan tinggi seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam hal sumber daya alam, seperti cadangan gas terbesar kedua di Asia Pasifik dan potensi penyimpanan CO2 terbesar ketiga di kawasan tersebut, serta kapasitas tenaga surya dan panas bumi yang sangat besar.

Baca juga: Inovasi Digital untuk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Meskipun prospek cukup menjanjikan, ada tantangan besar yang harus dihadapi, salah satunya adalah tingginya biaya produksi tanpa subsidi atau insentif. Para analis memprediksi harga hidrogen hijau akan turun dalam beberapa dekade mendatang, tetapi harganya masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogen berbasis gas alam yang lebih murah namun lebih berpolusi.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Deendarlianto, pengembangan hidrogen hijau di Indonesia membutuhkan peraturan yang jelas dan peta jalan industri yang matang. Pemerintah perlu mempersiapkan aturan khusus terkait pengembangan hidrogen, serta mendukung riset dan pengembangan lebih lanjut. Dengan adanya ekosistem hidrogen yang berkembang, Indonesia tidak hanya dapat mempercepat transisi energi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru.

Dengan potensi besar dan tantangan yang ada, masa depan hidrogen hijau di Indonesia terlihat cerah. Namun, pemerintah dan industri harus bekerja keras untuk memastikan agar pengembangan ini dapat terwujud dengan sukses dan memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang maksimal.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img