Kemenperin dan Swiss Perkuat Pendidikan Vokasi Industri

Tangerang, 03 Maret 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan siap bersaing di industri global. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah kolaborasi dengan pemerintah Swiss, yang memiliki pengalaman panjang dalam sistem pendidikan vokasi dual system.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan bahwa pendidikan vokasi harus disiapkan secara serius untuk mengantisipasi perkembangan industri di masa depan. “Kami memastikan kesesuaian (link and match) antara pendidikan vokasi dan dunia usaha, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga dalam jangka panjang,” ujarnya.

Baca juga: 36 Kantin Kemendag Dapat Sertifikat Halal dari BPJPH

Sebagai bagian dari kerja sama ini, Pemerintah Swiss melalui State Secretariat for Economic Affairs (SECO) mengadakan Skills in Action Forum: Advancing Competitiveness. Forum ini menjadi bagian dari program Skills for Competitiveness (S4C) yang telah dijalankan sejak 2018 oleh Swisscontact Indonesia.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Masrokhan, menjelaskan bahwa kerja sama ini telah memasuki fase kedua setelah diperpanjang akibat pandemi COVID-19. “Fase pertama selesai pada 2022 dan diperpanjang hingga 2024, sedangkan fase kedua akan berlangsung dari 2024 hingga 2027,” ungkapnya.

Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, menekankan bahwa fase kedua program ini berfokus pada peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia dan memperkuat daya saing sektor industri, khususnya industri kecil dan menengah (IKM).

“Pendekatan ganda dalam pendidikan vokasi memungkinkan lulusan siap kerja dan industri mendapatkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” jelas Zehnder.

Kerja sama ini telah menghasilkan penguatan sistem pendidikan di empat unit pendidikan Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Kayu Kendal, Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng, dan Politeknik Industri Petrokimia Banten.

Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Martini Mohamad Paham, menambahkan bahwa model dual VET (Vocational Education and Training) efektif dalam menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri. “Program ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi berbasis praktik adalah strategi terbaik untuk mencetak tenaga kerja kompetitif,” katanya.

Saat ini, Kemenperin mengelola 13 Pendidikan Tinggi Vokasi (11 Politeknik dan dua Akademi Komunitas), 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta 7 Balai Diklat Industri (BDI). Seluruhnya berperan aktif dalam penyediaan SDM industri yang berkualitas.

Menurut data Kemenperin, tingkat penerimaan mahasiswa melalui Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS) pada 2024 mencapai rasio 1:12,2. Sementara itu, tingkat serapan kerja lulusan unit pendidikan Kemenperin mencapai 86,82% untuk pendidikan tinggi dan 96,38% untuk SMK dalam waktu 2-4 bulan setelah lulus.

Baca juga: Kemenperin Majukan IKM Lewat Majalah GEMA IKMA

“Kami optimis bisa mencapai tingkat keterserapan 100% dalam waktu enam bulan setelah kelulusan. Ini adalah langkah nyata menuju visi Indonesia Emas 2045,” tutup Masrokhan.

Kerja sama antara Kemenperin dan Swiss dalam pendidikan vokasi merupakan langkah strategis untuk memastikan SDM Indonesia siap bersaing di industri global. Dengan implementasi sistem pendidikan vokasi berbasis dual system, Indonesia semakin mendekati target menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img