Tangerang, 14 November 2024 – Bisnis co-living atau hunian bersama terus mengalami perkembangan pesat di Indonesia, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Menurut Rizky Kusumo, Country Director of Investment Cove, minat yang tinggi ini disebabkan oleh pergeseran nilai antara generasi muda saat ini dengan generasi sebelumnya. Rizky menjelaskan bahwa generasi milenial dan Gen Z lebih memprioritaskan pengalaman (experience) daripada kepemilikan barang (material possessions). Hal ini diungkapkannya dalam acara Intimate Discussion di Jakarta, Selasa (12/11/2024).
“Kita bisa lihat dari pembelian rumah pertama mereka, dulu mungkin orang tua kita beli di umur pertengahan 20-an, sekarang pembelian rumah pertama bisa lebih dari umur 30-an, bahkan pertengahan 30-an. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari harga tanah yang mahal hingga inflasi,” jelas Rizky.
Baca juga: Karet Remah Indonesia Kian Mendunia Ekspor ke Jepang
Data dari Bank Indonesia (BI) mendukung pandangan Rizky, dengan menunjukkan peningkatan penjualan rumah sebesar 7,3 persen pada Kuartal II-2024 dibandingkan kuartal sebelumnya, yang sebelumnya mencapai 31,1 persen. Data tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan penjualan rumah semakin menurun, diduga karena tantangan ekonomi yang membuat generasi muda kesulitan untuk memiliki hunian sendiri.
Lebih lanjut, Rizky menyebutkan bahwa meskipun 52 persen generasi Gen Z ingin memiliki rumah, mereka hanya mampu membeli properti dengan harga di bawah Rp 400 juta. Sayangnya, pilihan properti dengan harga tersebut sangat terbatas, terutama di kota-kota besar. Berdasarkan data Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), tercatat ada sekitar 81 juta milenial di Indonesia yang belum memiliki hunian sendiri.
Sebagai salah satu operator co-living, Cove telah mencatat peningkatan permintaan sebesar 67 persen pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi suplai, pertumbuhan properti yang dikelola Cove mencapai hampir 80-100 persen dibandingkan tahun 2023. Menurut Rizky, permintaan co-living kini tidak hanya terbatas pada hunian bersama tetapi juga mencakup pengelolaan properti milik mitra yang ingin mengoptimalkan penggunaan aset-aset mereka.
Baca juga: Strategi Bappebti Tingkatkan Ekspor Komoditas Lokal
“Kami mengambil posisi sebagai operator co-living, tetapi belakangan ini permintaan semakin meningkat, bukan hanya untuk mengoperasikan hunian co-living, tetapi juga membantu mitra kami dalam membangun dan memanfaatkan properti-properti yang tidak produktif,” ujar Rizky.
Bisnis co-living kini menjadi solusi bagi generasi muda untuk tinggal di kawasan perkotaan dengan biaya yang lebih terjangkau dan pengalaman sosial yang lebih baik, sesuai dengan gaya hidup modern yang mereka pilih.