Menuju Ekonomi 8%, Pemerintah Pacu Industri Pakai Energi Bersih

Tangerang, 08 November 2024 — Pemerintah terus mencari solusi energi ekonomis dan ramah lingkungan untuk sektor industri, khususnya di daerah padat industri, demi mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen. Energi yang kompetitif dan bersih dinilai penting untuk meningkatkan daya saing industri sekaligus menekan polusi udara di wilayah metropolitan seperti DKI Jakarta dan sekitarnya.

Ning Wilawati, Dewan Pakar Prabowo-Gibran, dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 di Jakarta, Rabu, menyampaikan bahwa ketersediaan energi bersih akan sangat mendukung program lingkungan bersih dan industri yang kompetitif. “Kami berharap dengan tersedianya energi bersih, industri tetap bisa kompetitif dan berkontribusi terhadap program langit biru,” ujar Ning.

Baca juga: Delta Electronics dan PLN Jalin Kerja Sama Energi Terbarukan

Dalam konteks global, peralihan menuju energi bersih juga didorong oleh kebijakan internasional seperti carbon border adjustment mechanism (CBAM) yang diterapkan oleh Uni Eropa. Menurut Deon Arinaldo, Manajer Program dari Institute Essential for Services Reform (IESR), kebijakan CBAM, yang akan berlaku resmi pada 2026, akan menambah pajak pada produk dengan jejak karbon tinggi, seperti semen, baja, pupuk, dan aluminium.

Di Indonesia sendiri, sektor industri menyumbang konsumsi energi terbesar, mencapai 43,90 persen dari total konsumsi. Hal ini menyebabkan emisi dari sektor industri meningkat hingga 30 persen, atau setara dengan 400 juta ton karbon dioksida. Deon menekankan bahwa tanpa upaya dekarbonisasi yang serius, emisi industri dapat berlipat ganda pada 2050. “Lebih dari 60 persen pelaku industri siap melakukan dekarbonisasi, asalkan pemerintah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menciptakan lapangan tanding yang setara (level playing field),” ujar Deon.

Baca juga: Digitalisasi Transaksi Meningkatkan PAD NTT 4,72%

Dalam upaya menurunkan emisi, pemerintah tengah menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sektor industri. Peta jalan ini terutama berfokus pada industri ringan seperti tekstil, makanan dan minuman, otomotif, serta industri keramik dan kaca. Menurut Deon, peralihan energi ini harus menjadi bagian dari pertumbuhan industri dengan memperhitungkan potensi pasar baru, misalnya melalui penggunaan bahan bakar rendah karbon seperti amonia.

Pemerintah juga sedang menggodok kebijakan yang memungkinkan energi terbarukan dan dekarbonisasi menjadi faktor pendorong ekonomi, terutama melalui insentif yang menarik bagi pelaku industri. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar internasional yang semakin ketat dengan standar lingkungan.

Dengan peta jalan dan kebijakan yang tepat, diharapkan sektor industri Indonesia tidak hanya mampu bersaing di pasar global, namun juga dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan penciptaan lingkungan yang lebih bersih.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img