Tangerang, 07 November 2024 – Industri pengolahan nonmigas kembali mencatatkan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan III 2024, dengan sumbangan mencapai 17,18 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,70 persen. Tidak hanya itu, industri pengolahan nonmigas juga mencatatkan pertumbuhan tahunan (y-o-y) sebesar 4,84 persen, melampaui pertumbuhannya pada triwulan II 2024 yang sebesar 4,63 persen.
Baca juga: Kemenperin Latih SDM Kreatif dari Berbagai Negara
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras pelaku industri yang terus beradaptasi di tengah dinamika perekonomian global dan persaingan produk impor. “Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas ini adalah jerih payah para pelaku industri yang tetap bertahan dan terus berkembang,” ujar Agus dalam keterangan resminya pada Rabu (6/11).
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 tumbuh 4,95 persen (y-o-y), dengan industri pengolahan menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 0,96 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kegiatan ekonomi domestik tetap terjaga, khususnya dalam aktivitas produksi. Salah satu indikator positif adalah Prompt Manufacturing Index (PMI) yang berada pada zona ekspansi sebesar 51,54 persen.
Sektor industri pengolahan nonmigas juga mencatatkan kinerja yang solid berkat permintaan domestik dan luar negeri. Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan 5,82 persen, yang didorong oleh permintaan domestik yang tinggi serta peningkatan ekspor produk minuman. Sementara itu, industri logam dasar mengalami pertumbuhan 12,36 persen, dipicu oleh tingginya permintaan ekspor logam dasar seperti besi dan baja. Adapun industri barang logam dan elektronik tumbuh 7,29 persen, sejalan dengan permintaan luar negeri untuk bahan bangunan dan komponen elektronik.
Peningkatan permintaan domestik turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, seperti yang terlihat dari peningkatan penjualan sepeda motor yang tumbuh 11,96 persen (y-on-y). Selain itu, belanja modal APBN yang tumbuh 49,51 persen (y-on-y) turut memperkuat sektor manufaktur.
Meski demikian, Menteri Perindustrian berharap agar pertumbuhan sektor manufaktur bisa lebih optimal jika regulasi terkait seperti Lartas (Larangan dan Pembatasan Impor) dan Safeguards dapat lebih ditingkatkan. Ia juga menambahkan bahwa kebijakan pemerintah yang mendukung pasar dan iklim produksi yang kondusif menjadi faktor utama dalam menciptakan optimisme bagi para pelaku usaha.
Survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa tingkat optimisme pelaku usaha meningkat menjadi 95,1 persen, dengan 73,3 persen pelaku usaha menyatakan keyakinannya terhadap kondisi usaha mereka.
Sebagai upaya lebih lanjut untuk mendukung sektor industri, Kementerian Perindustrian mengusulkan pengembangan pelabuhan di Sorong, Bitung, dan Kupang sebagai titik masuk utama produk impor, yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, Kemenperin juga tengah menginisiasi Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri, yang diharapkan segera disahkan guna mendukung kebutuhan gas untuk pembangunan industri manufaktur dan sektor energi.
Baca juga: Kemenperin Dorong Kosmetik Indonesia Mendunia, Ini Strateginya!
Dengan optimisme yang tinggi dan langkah-langkah strategis yang sedang diambil, industri pengolahan nonmigas Indonesia diproyeksikan terus menjadi motor utama perekonomian nasional.