Menggali Potensi Batik Kujur: Peluang Bisnis Berkelanjutan dari Limbah Kertas

Tangerang, 06 November 2024 – Di tengah tren kesadaran lingkungan yang semakin meningkat, pengrajin Batik Kujur di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, menunjukkan inovasi cemerlang dalam industri batik. Mereka kini memanfaatkan limbah kertas dan pewarna alami sebagai bagian dari proses produksi batik yang ramah lingkungan. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan peluang bisnis yang menarik bagi para pengrajin batik lokal.

Kelompok pengrajin Batik Kujur yang merupakan binaan dari PT Bukit Asam (PTBA), aktif menggunakan bahan daur ulang untuk membuat cap batik dan pewarna alami untuk mewarnai kain. Mayar Rizki, Ketua Batik Kujur Quineemay, menjelaskan bahwa penggunaan cap batik berbahan dasar limbah kertas sangat ekonomis dan ramah lingkungan. Pembuatan cap batik dari tembaga yang selama ini mahal, dengan harga mencapai Rp 300.000 hingga Rp 1.000.000 per unit, kini bisa digantikan dengan limbah kertas yang jauh lebih murah.

Baca juga: Mengubah Sampah Jadi Material Bangunan Ramah Lingkungan

“Saat kami tidak punya cukup dana untuk membeli cap tembaga, kami menggunakan limbah kertas. Bukan hanya lebih murah, tetapi juga ramah lingkungan,” ujar Mayar. Lebih menariknya, cap kertas yang digunakan ini memberikan fleksibilitas bagi pengrajin untuk membuat berbagai motif sesuai dengan permintaan konsumen, memberikan nilai estetika yang unik dan menambah nilai jual produk batik.

Selain inovasi pada cap, Batik Kujur juga menggunakan pewarna alami dalam proses pewarnaan kain, yang tentunya lebih ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis. Meskipun demikian, pengrajin tetap menawarkan kombinasi antara pewarna alami dan sintetis untuk memenuhi berbagai selera pelanggan. “Kami selalu berusaha menjaga proses produksi tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tambah Mayar.

Baca juga: Nani Susatyo Limbah Kerang Jadi Kerajinan Tangan

Peningkatan kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan membuat produk Batik Kujur yang menggunakan limbah kertas dan pewarna alami semakin diminati. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi ramah lingkungan tidak hanya menguntungkan bagi lingkungan, tetapi juga membuka peluang bisnis yang menjanjikan bagi pengrajin batik di Tanjung Enim.

Dengan adanya dukungan pelatihan dari PTBA, Batik Kujur kini menjadi contoh sukses bagaimana sebuah usaha kecil dapat berkembang dengan mengusung prinsip keberlanjutan. Produk batik dengan inovasi ini tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi pasar yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img