Wamendag Tegaskan Komitmen Indonesia Capai Ekonomi Hijau

Tangerang, 23 Juni 2025 – Di tengah berbagai tantangan global, Indonesia menegaskan komitmennya untuk melakukan transformasi energi dan memperkuat fondasi ekonomi hijau nasional. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, dalam acara ABB Formula E ‘Engineered to Outrun’ Business Event yang digelar di Jakarta, Jumat (20/6).

Menurut Wamendag Roro, tantangan besar saat ini tidak hanya terkait ekonomi, tetapi juga menyangkut isu lingkungan yang mengharuskan semua negara, termasuk Indonesia, untuk beradaptasi dan berinovasi. “Transformasi menuju ekonomi hijau berbasis energi terbarukan dan sumber daya rendah karbon adalah keharusan, bukan pilihan. Indonesia siap menjalankan ini dengan dukungan kekayaan sumber daya alam yang melimpah,” tegasnya.

Baca juga: KKN UGM Fokus Pemberdayaan UMKM dan Pasar Tradisional

Wamendag menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam energi surya, angin, air, dan bioenergi. Potensi ini tak hanya mendukung mitigasi perubahan iklim, tapi juga menjadi pilar penting bagi penguatan ekonomi hijau nasional.

Sebagai bagian dari komitmen terhadap Perjanjian Paris, Indonesia telah menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 31,89% pada 2030, dan bisa ditingkatkan hingga 43,2% dengan dukungan internasional. Hal ini memperlihatkan bahwa transisi menuju energi bersih bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga strategi peningkatan daya saing industri Indonesia di pasar global.

Transformasi energi juga menjadi bagian dari strategi perdagangan nasional. Pemerintah telah mengembangkan ekosistem inovasi energi bersih melalui insentif pasar seperti Sertifikat Energi Terbarukan (REC) dan peluncuran Bursa Karbon Indonesia pada 2023. Selain itu, pemerintah juga fokus pada dekarbonisasi sektor transportasi melalui percepatan penggunaan kendaraan listrik.

“Kami juga menyederhanakan regulasi infrastruktur hijau dan memberikan insentif fiskal untuk mendorong teknologi bersih di sektor industri dan transportasi,” tambah Roro.

Indonesia juga menghadapi tantangan dari kebijakan internasional seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Kedua kebijakan tersebut mewajibkan ekspor komoditas utama Indonesia, seperti sawit, karet, kopi, dan kayu, memenuhi standar keberlanjutan dan jejak karbon rendah.

Baca juga: Kemenperin Pacu Industri Furnitur Lewat Teknologi Baru

“Kami menyambut kebijakan ini sebagai peluang untuk memperbaiki kualitas dan keberlanjutan produk ekspor Indonesia,” jelas Wamendag Roro.

President Director & Country Holding Officer ABB Indonesia, Gerard Chan, menambahkan bahwa ABB mendukung penuh transformasi energi melalui Formula E. “Formula E bukan sekadar olahraga balap, tetapi juga menjadi platform teknologi berkelanjutan dan masa depan mobilitas,” tutupnya.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img