Tangerang, 11 Oktober 2025 — Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya ekonomi hijau, dua pemuda asal Lumajang, Jawa Timur, menunjukkan bahwa limbah makanan dapat menjadi sumber ekonomi berkelanjutan. Melalui kreativitas dan inovasi, mereka berhasil mengubah sisa makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi produk ramah lingkungan yang bernilai tinggi.
Salah satu inovator muda tersebut, Asriafi Ath Thoriq, melihat limbah MBG bukan sebagai sampah, melainkan peluang untuk menciptakan nilai ekonomi baru. Dengan bimbingan dan eksperimen berkelanjutan, ia berhasil mengolah limbah tersebut menjadi eco enzyme, yaitu cairan hasil fermentasi yang bisa digunakan sebagai disinfektan, sabun alami, pupuk cair, hingga bahan dasar pakan ternak ramah lingkungan.
Baca juga: Digitalisasi Perdagangan Jadi Fokus Utama Indonesia New Retailing Investment Summit 2025
“Limbah makanan seharusnya dipandang sebagai modal, bukan masalah. Dengan kreativitas, kita bisa menghasilkan produk yang bermanfaat sekaligus meningkatkan ekonomi lokal,” ujar Asriafi, penerima Penghargaan Kalpataru dan Lencana Inovasi Desa dari Kementerian Desa.
Inovasi serupa juga dilakukan oleh Dzaki Fahruddin, petani muda dari Kecamatan Yosowilangun, Lumajang. Ia memanfaatkan sisa makanan dapur MBG untuk membuat pupuk cair organik yang terbukti menyuburkan lahan pertanian dengan biaya lebih hemat.
“Prosesnya sederhana: limbah makanan dicacah, dicampur gula merah dan air, lalu difermentasi selama tiga bulan,” ungkap Dzaki.
Awalnya banyak petani yang ragu, namun setelah melihat hasil panen yang lebih subur dan efisien, kini semakin banyak warga desa yang ikut mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah.
Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, mengapresiasi langkah para pemuda tersebut. Menurutnya, pemanfaatan limbah MBG menjadi produk ramah lingkungan merupakan wujud nyata penerapan ekonomi sirkuler di sektor pangan dan gizi.
Baca juga: Pedagang Solo Kini Makin Melek Digital! Ini Langkah GoPay dan Pemkot Surakarta Bantu UMKM Go Digital
“Apa yang dilakukan pemuda Lumajang membuktikan bahwa program MBG tidak berhenti di dapur. Ada nilai tambah ekonomi, edukasi, dan manfaat lingkungan bagi masyarakat,” ujar Khairul.
Ia berharap inovasi semacam ini bisa diterapkan di berbagai daerah agar program MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga memakmurkan desa melalui ekonomi hijau berkelanjutan.