Tangerang, 18 September 2025 – Transformasi logistik kini menjadi salah satu fondasi penting dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional. Data mencatat, biaya logistik Indonesia masih berada di angka 14,29% dari produk domestik bruto (PDB). Pemerintah menargetkan angka tersebut dapat ditekan hingga 8% pada tahun 2030. Tantangan ini menjadi krusial karena tingginya biaya logistik berimbas pada harga barang, daya saing ekspor, hingga ketahanan ekonomi nasional.
Di balik upaya besar ini, sosok Akbar Djohan, Ketua Umum DPP ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia), tampil sebagai pemimpin yang mendorong percepatan integrasi sistem logistik melalui kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri. Menurutnya, persoalan logistik Indonesia tidak hanya menyangkut infrastruktur, tetapi juga penyelarasan sistem dan kebijakan.
Baca juga: Menteri Maman Abdurrahman Tekankan Pentingnya UMKM Hijau
“Logistik adalah urat nadi perdagangan. Jika sistemnya tidak efisien, maka biaya tinggi akan menjadi beban bagi semua sektor. Visi kita adalah menghadirkan logistik yang terintegrasi, transparan, dan berdaya saing global,” ujar Akbar.
Ia menegaskan, transformasi logistik merupakan isu strategis nasional yang harus segera diwujudkan. Integrasi sistem logistik, menurutnya, bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk menghadapi kompetisi global. Indonesia perlu menghubungkan industri dengan ekosistem digital, memperkuat regulasi, serta menyiapkan sumber daya manusia (SDM) logistik yang adaptif.
Selain itu, Akbar juga menekankan peran logistik dalam mendukung agenda besar pembangunan nasional. Selaras dengan program ASTA CITA Presiden Republik Indonesia, ALFI mendorong sektor logistik menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. “Kami ingin logistik Indonesia menjadi katalis, bukan hambatan. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci menciptakan efisiensi,” tegasnya.
Aspek digitalisasi dan keberlanjutan (sustainability) juga menjadi sorotan utama. Inovasi teknologi seperti big data, smart warehouse, hingga sistem pelabuhan terintegrasi diyakini menjadi pilar transformasi logistik ke depan. “Digitalisasi bukan lagi tren, melainkan kebutuhan. Teknologi bisa memangkas biaya, mempercepat arus barang, sekaligus menekan emisi karbon,” tambahnya.
Baca juga: Inovasi Energi Terbarukan Indonesia Kembangkan Bioethanol dari Limbah Sawit
Puncak dari visi tersebut akan terwujud dalam ALFI CONVEX 2025, pameran dan konferensi logistik terbesar di Indonesia yang digelar pada 12–14 November 2025 di ICE BSD, Tangerang. Mengusung tema “Indonesia in Motion: Transformasi Logistik Menuju Indonesia Emas 2045”, acara ini akan menempati area seluas 10.000 meter persegi dengan menghadirkan pameran, business matching, hingga seminar internasional.
ALFI CONVEX 2025 dirancang sebagai forum strategis yang mempertemukan pemangku kebijakan, pelaku industri, asosiasi, investor, serta peserta pameran dari dalam dan luar negeri. Dengan positioning tersebut, ajang ini diharapkan mampu memperkuat daya saing logistik nasional, membuka peluang arus investasi, serta menjadi panggung penting bagi peta jalan logistik Indonesia menuju standar global.