PLN dan Lapas Nusakambangan Kolaborasi Berdayakan Warga Binaan Lewat Pengelolaan FABA

Tangerang, 13 September 2025 – Warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, kini mampu menggerakkan roda perekonomian melalui keterampilan baru. Melalui program workshop Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) hasil pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Adipala, mereka berhasil mengolah limbah menjadi produk konstruksi bernilai tinggi.

FABA yang sebelumnya dipandang sebagai limbah tanpa manfaat, kini disulap menjadi batako, paving block, roaster, hingga buis beton. Program ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) dengan PT PLN (Persero), yang sekaligus mentransformasi citra lapas dari sekadar “penjara menakutkan” menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.

Baca juga: Bea Cukai Gandeng UMKM Serat Alam Kebumen untuk Pengembangan Pasar Ekspor

Salah satu warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, Kevin Ruben Rafael, menyampaikan rasa syukur atas hadirnya program ini.
“Ini sangat membantu kami karena menambah ilmu pengetahuan. Nanti, ketika keluar, ilmu ini bisa bermanfaat untuk kehidupan kami di masyarakat,” ujarnya.

Warga binaan lainnya, Listianto dari Lapas Nirbaya Nusakambangan, juga merasakan manfaat besar dari workshop ini.
“Alhamdulillah, sekarang saya bisa mengikuti program ini. Saya ingin mandiri, saya ingin kembali ke masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik,” katanya.

Menteri Imipas, Agus Andrianto, memberikan apresiasi atas kontribusi PLN dalam program pembinaan yang berfokus pada pemberdayaan warga binaan.
“Program ini merupakan model pelatihan kerja yang sedang kami galakkan untuk mempersiapkan warga binaan agar siap kembali ke masyarakat,” ungkapnya saat meninjau workshop FABA di Nusakambangan.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menambahkan bahwa pemanfaatan FABA adalah wujud nyata ekonomi sirkuler yang memberi solusi bagi lingkungan sekaligus membuka peluang kerja.
“Kami bangga, warga binaan berhasil memanfaatkan limbah menjadi komoditas produktif. Kegiatan ini menciptakan lapangan kerja, memberi dampak positif bagi masyarakat, serta menghasilkan produk berkualitas dengan harga kompetitif,” jelasnya.

Workshop FABA di Nusakambangan kini dilengkapi dua unit mesin dengan kapasitas produksi hingga 2 juta paving block dan 1 juta batako per tahun. Jika beroperasi optimal, program ini diproyeksikan mampu menghasilkan omzet hingga Rp5,4 miliar per tahun.

Baca juga: ZARFIX Hadirkan Ekosistem AI dan Web3 untuk UMKM Indonesia

Sebanyak 30 warga binaan sudah aktif memproduksi olahan FABA. Jumlah ini diprediksi meningkat seiring pendampingan berkelanjutan dari PLN dan pihak lapas. Darmawan menegaskan, produk yang dihasilkan memiliki kualitas premium dengan potensi pasar luas di sektor konstruksi.

Keberhasilan ini membuktikan bahwa lapas tidak hanya sebagai ruang pembinaan, tetapi juga dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi produktif.
“Ke depan, Nusakambangan akan menjadi percontohan nasional bagaimana sebuah lapas berkembang menjadi episentrum ekonomi sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat,” pungkas Darmawan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img