Tangerang, 16 Juli 2025 – Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan kuliah umum di Universitas Hiroshima, Jepang, dengan tema “Strategi Baru Industrialisasi Indonesia untuk Ketahanan Pangan dan Energi”, Senin (14/7). Kegiatan ini merupakan bagian dari kunjungan kerja ke Jepang setelah menghadiri World Expo Osaka 2025.
Dalam forum yang dihadiri mahasiswa, akademisi, peneliti, hingga pelaku industri Jepang, Menperin memaparkan kerangka strategis baru Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan domestik melalui pendekatan industrialisasi berkelanjutan dan inklusif. Strategi ini tertuang dalam Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) yang menjadi turunan dari misi pembangunan nasional Asta Cita.
Baca juga: Menperin Tampil Dengan Batik di Jepang Promosikan Warisan Budaya
“SBIN bukan sekadar kelanjutan masa lalu, tetapi pembaruan dari gagasan ekonomi pembangunan yang sesuai konteks Indonesia dan realitas global yang terdigitalisasi dan bergerak ke arah dekarbonisasi,” tegas Agus.
SBIN memiliki empat program utama:
-
Hilirisasi Sumber Daya Alam, seperti di Morowali, Sulawesi Tengah, yang kini menjadi pusat industri pengolahan nikel dan baterai.
-
Penguasaan Teknologi Industri, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, seperti penenunan berbasis sensor dan blockchain di sektor makanan-minuman.
-
Industrialisasi Hijau, dengan penerapan prinsip ecological modernization, efisiensi energi, dan ekonomi sirkular.
-
Pengembangan SDM Industri, lewat pendidikan vokasi, politeknik, hingga kerja sama kurikulum dengan Jepang.
Dalam konteks ketahanan pangan dan energi, Agus menyebutkan bahwa kedaulatan bukanlah isolasi, melainkan kemampuan nyata mengelola sumber daya secara mandiri. Indonesia kini berfokus pada pembangunan kilang dalam negeri, produksi biofuel, dan transisi ke energi terbarukan, serta memperkuat sistem kesehatan nasional dengan pengembangan biofarma lokal.
Baca juga: IndoBuildTech Awards 2025 Apresiasi Terbaik Industri Bangunan
Menperin juga mengaitkan strategi ini dengan pemikiran tokoh ekonomi nasional Prof. Sumitro Djojohadikusumo, serta teori dari Arthur Lewis, Albert Hirschman, dan W.W. Rostow. Strategi industrialisasi Indonesia kini dianggap berada pada fase take-off, dengan misi mewujudkan ekonomi inklusif, produktif, dan tangguh.
Agus berharap kolaborasi Indonesia-Jepang dalam bidang industri dan pendidikan akan terus berkembang untuk mendukung visi besar ini. “Kita sedang merestrukturisasi industrialisasi agar tidak hanya melayani pasar luar negeri, tapi juga memperkuat ketahanan nasional dan memberdayakan seluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.