Ekspor UMKM Tembus Rp947 Miliar dalam Empat Bulan

Tangerang, 17 Juni 2025-Ekspor produk UMKM Indonesia mencatatkan lonjakan signifikan, mencapai Rp947 miliar hanya dalam empat bulan pertama tahun 2025.Angka tersebut merupakan hasil dari program business matching—pertemuan antara pelaku UMKM dan calon pembeli global—yang difasilitasi oleh 46 Atase Perdagangan serta Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di 33 negara. Beberapa pelaku UMKM yang selama ini belum menembus pasar internasional menyatakan produk mereka langsung diserbu pembeli luar negeri.

“Baru empat bulan, transaksi UMKM kita sudah mencapai US$57,61 juta. Padahal, sebagian belum pernah ekspor sebelumnya. Ternyata, produk mereka langsung diserbu pembeli internasional!” ujar Budi di Jakarta.

Dari total nilai ekspor ini, US$36,11 juta atau setara Rp593,8 miliar sudah berupa purchase order (PO). Sementara sisanya, US$21,49 juta (Rp353,4 miliar), masih dalam tahap potensi transaksi. Dengan perguliran transaksi yang mencapai hampir Rp600 miliar, pemerintah melihat sinyal kuat bahwa UMKM mampu mengukir reputasi di pasar global.

Dorong Ekspor lewat Kolaborasi Digital

Program business matching telah melahirkan 27 sesi perdana di bulan April saja. Tercatat sebanyak 73 UMKM berpartisipasi, mengikuti 20 sesi pitching dan 7 pertemuan langsung dengan pembeli luar negeri. Para peserta hadir dari berbagai sektor, seperti fesyen dan kerajinan tangan, dekorasi rumah, kelapa parut kering, gula aren, olahan laut dan buah segar, serta makanan-minuman kemasan.

Saat ini, sebanyak 709 UMKM telah resmi bergabung dalam program yang melibatkan sejumlah lembaga, seperti Kadin, Bank Indonesia (BI), bank-bank nasional, Pertamina, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), dan mitra strategis lainnya. Dalam konteks ini, pemerintah menargetkan kontribusi ekspor nasional tumbuh 7,1% sepanjang 2025, dengan andil UMKM sebesar 9% dari total ekspor.

Fokus ke Negara dengan Diaspora dan Kemitraan Lokal

Mayoritas ekspor UMKM Indonesia bertujuan ke kawasan Asia. Pasar utama meliputi Malaysia, Taiwan, Hong Kong, dan Arab Saudi—negara-negara dengan populasi diaspora Indonesia yang signifikan. Strategi targeting seperti ini dinilai tepat karena konsumen diaspora telah memiliki ketertarikan alami terhadap produk rumah dan makanan Tanah Air.

Pemanfaatan jaringan diaspora juga membuka peluang untuk memperkuat relasi dagang serta mendorong volume ekspor berkelanjutan. Selain itu, UMKM dipersiapkan dengan kapabilitas menerjemahkan selera pasar lokal agar tepat sasaran.

Baca juga: Kewirausahaan: Jalan Mandiri Menuju Ekonomi Berdaya Saing

Tantangan: UMKM Pemula Masih Butuh Pendampingan

Meskipun makin banyak pelaku UMKM yang berani menapaki pasar ekspor, sebagian besar masih pemula. Kondisi ini memerlukan pendampingan intensif. Budi Santoso menegaskan, “Memang tidak mudah karena banyak UMKM masih pemula. Makanya, program pendampingan seperti ini terus kita dorong.”

Momentum di Tengah Tren Global

Keberhasilan produk lokal di pasar internasional juga terbantu oleh dua faktor tren global. Pertama, meningkatnya permintaan dunia terhadap produk ramah lingkungan, organik, dan bernilai tambah tinggi. Kedua, kelangkaan dan keragaman citarasa lokal yang tak tersedia di negara tujuan ekspor. Kedua tren ini menjadi tameng yang ampuh saat UMKM Indonesia masuk pasar global.

Contoh konkret, produk kerajinan tangan, gula aren, atau makanan lokal kemasan menjadi nilai tambah yang unik dan diminati. Fesyen tradisional, seperti batik dan tenun, dengan desain modern juga menjadi primadona.

Konsolidasi dan Ekspansi Pasar

Langkah pemerintah selanjutnya adalah mempertajam kurasi UMKM agar benar-benar siap ekspor. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional menyatakan akan meningkatkan jumlah UMKM terlibat, namun dengan seleksi yang lebih ketat pada triwulan II 2025.

Selain optimalisasi business matching, jalur digital juga diperluas. UMKM diarahkan untuk memanfaatkan platform seperti e-katalog LKPP, PaDi UMKM, serta kanal marketplace global. Pemanfaatan e-commerce diyakini mampu mempercepat pencatatan transaksi, logistik, dan akses pasar.

Capaian Rp947,4 miliar dalam nilai ekspor UMKM pada empat bulan pertama 2025 bukan sekadar angka. Ini mencerminkan perubahan mindset, strategi kemitraan yang efektif, dan respons positif pasar luar. Program business matching dan digitalisasi menjadi pilar utama.

Dengan pendampingan, seleksi, serta peningkatan kualitas produk, UMKM Indonesia berpotensi menjadi pilar kuat ekspor nasional. Hadirnya dukungan terintegrasi antara Kemendag, BUMN, lembaga keuangan, dan diaspora menjadikan ekosistem usaha mikro ini semakin kokoh. Pemerintah menegaskan, di tengah target pertumbuhan ekspor nasional, UMKM adalah aktor penting.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img