Tangerang, 13 Juni 2025 – Ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, serta inflasi yang masih tinggi membuat banyak pelaku usaha di Indonesia harus memutar strategi bisnis. Di tengah tekanan tersebut, digitalisasi proses bisnis B2B (business-to-business) menjadi solusi utama dalam menjaga efisiensi dan keberlangsungan usaha. UMKM dan Korporasi Beralih ke Ekosistem Digital B2B Terintegrasi.
Salah satu pionir di bidang ini adalah Indotrading, platform marketplace B2B terbesar di Indonesia. Dengan lebih dari 10.000 supplier aktif, Indotrading telah membangun ekosistem digital B2B terintegrasi yang memudahkan ribuan pelaku usaha dalam mencari barang, mengelola katalog digital, promosi produk, hingga pengadaan secara efisien dan aman.
Baca juga: UGM Gandeng Martha Tilaar dan ExportHub.id Dorong Inovasi Herbal Menuju Pasar Global
“Di tengah ekonomi yang tidak stabil, pelaku usaha tidak bisa lagi mengandalkan cara lama. Digitalisasi bukan hanya alat bantu, tapi strategi inti untuk bertahan dan menang,” ujar CEO Indotrading, Handy Chang, Kamis (12/6/2025).
Menurut laporan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 diproyeksikan hanya 2,4%. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terdampak langsung oleh fluktuasi nilai tukar dan lonjakan biaya logistik. Sebuah survei internal Indotrading terhadap 3.000 pelaku usaha menunjukkan bahwa 64% responden menghadapi tantangan serius dalam pengadaan barang, mulai dari keterlambatan pengiriman hingga fluktuasi harga.
Dengan solusi digital seperti fitur Request for Quotation (RFQ), pencarian alat industri, serta dashboard vendor, Indotrading mencatat pertumbuhan transaksi hingga 35% pada kuartal pertama 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Kami membangun ekosistem digital yang dapat diakses oleh UMKM maupun korporasi besar. Semua proses, dari sourcing hingga promosi, terintegrasi dalam satu platform,” tambah Handy.
Keunggulan Indotrading semakin terlihat dari studi kasus pengguna. Salah satunya, distributor alat teknik di Surabaya yang mampu memangkas waktu pengadaan dari 10 hari menjadi hanya 2–3 hari, serta menurunkan biaya pengadaan hingga 20%.
Lebih dari sekadar marketplace, Indotrading juga hadir sebagai pusat edukasi digital melalui kanal news.indotrading.com, yang menyajikan artikel, data, dan strategi konkret bagi pelaku usaha. Salah satu artikel populernya, “Digitalisasi B2B: Cara Pelaku Usaha Bertahan dan Tumbuh di Era Ketidakpastian Ekonomi,” menjadi rujukan penting di kalangan profesional.
Langkah terbaru Indotrading adalah integrasi dengan WhatsApp Business API dan pengembangan teknologi AI untuk memberikan rekomendasi vendor otomatis berdasarkan histori transaksi pengguna.
Baca juga: Indonesia Jepang Sepakati Kerja Sama Dagang Senilai 200 Juta Dolar
Beberapa fitur digital yang kini banyak diadopsi pengguna Indotrading antara lain:
- Katalog Produk Digital: Menampilkan produk lengkap dengan spesifikasi.
- RFQ Otomatis: Kirim permintaan penawaran ke banyak vendor secara cepat.
- Search Ads: Promosi produk lebih luas dan tertarget.
- Verifikasi Vendor: Meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas mitra usaha.
Di tengah ketidakpastian global yang belum menunjukkan tanda membaik, transformasi digital bukan lagi pilihan, tetapi sebuah keharusan. Platform seperti Indotrading menawarkan solusi siap pakai bagi pelaku usaha yang ingin bertahan, tumbuh, dan unggul di tengah tantangan zaman.
“Transformasi digital bukan proyek satu kali. Ini proses berkelanjutan yang akan menentukan masa depan usaha Anda,” tutup Handy Chang.