Tangerang, 30 Mei 2025 – Indonesia kembali mencatat prestasi membanggakan di sektor pertanian dengan menempati peringkat pertama sebagai produsen buah nanas terbesar dunia tahun 2024. Total produksi mencapai 3,15 juta ton, menjadikan Indonesia tidak hanya unggul dari sisi kuantitas, tetapi juga membuka peluang besar dalam industri pengolahan limbah daun nanas menjadi serat daun alami (leaf fiber).
Menurut Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, potensi serat daun nanas kini semakin dilirik oleh pasar global, baik untuk keperluan fesyen maupun industri non-tekstil. Dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (25/5), Andi menjelaskan bahwa preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri serat daun.
Baca juga: UKM Berbasis Teknologi: Langkah Kecil Menuju Inovasi Besar
“Pasar global kain serat daun untuk pakaian pada 2023 mencapai USD 1,2 miliar, dan diperkirakan naik menjadi USD 2,8 miliar pada tahun 2032,” jelasnya.
Serat daun nanas menawarkan banyak keunggulan. Selain lembut, ringan, dan mengkilap seperti sutera, serat ini juga dikenal tahan lama dan kuat, sehingga cocok untuk bahan tekstil interior, otomotif, hingga aksesoris fesyen. Dari aspek lingkungan, pengolahannya mengurangi polusi dan mengubah limbah menjadi komoditas bernilai tinggi.
“Alih-alih dibakar, sisa daun setelah panen dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi dan membuka peluang green jobs di sentra-sentra nanas,” imbuh Andi.
Sebagai langkah konkret, Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Tekstil Bandung menggandeng Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Kalimantan Timur untuk mengembangkan hilirisasi serat daun nanas. Kerja sama ini diawali dengan bimbingan teknis kepada 14 petani nanas asal Kalimantan Timur di fasilitas Testbed BBSPJI Tekstil.
Kepala BBSPJI Tekstil, Cahyadi, menekankan pentingnya pembinaan berkelanjutan, bukan hanya pengenalan teknologi, tetapi juga peningkatan pemahaman terhadap rantai nilai (value chain), standar mutu, dan prediksi pasar.
Baca juga: Emisi Industri Bisa Capai 74,5 Persen, WRI Dorong Percepatan Dekarbonisasi
“Kami ingin para pelaku industri dapat menciptakan produk kompetitif dan adaptif terhadap permintaan global,” tuturnya.
Dengan dukungan teknologi, kebijakan, dan kerja sama lintas sektor, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama dalam industri serat daun tropis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat posisi UMKM dan petani lokal dalam pasar global.