Tangerang, 22 Mei 2025 – Industri keramik dan mineral nonlogam semakin menunjukkan peran strategisnya dalam mendorong pembangunan infrastruktur, properti, dan manufaktur nasional. Di tengah tantangan global seperti fluktuasi harga energi dan bahan baku, serta tekanan pasar ekspor, pemerintah mendorong transformasi menyeluruh, termasuk digitalisasi layanan dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menegaskan bahwa kapasitas terpasang industri keramik nasional saat ini mencapai 625 juta meter persegi per tahun, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung pada impor. “Tingkat utilisasi industri juga meningkat signifikan, dari 60 persen di 2024 menjadi 75 persen pada kuartal I 2025, berkat sinergi kebijakan strategis,” ujar Faisol di Jakarta, Senin (19/5).
Baca juga: Industri Kopi Tumbuh Pesat Gen Z Jadi Motor Utama
Kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri antara lain penerapan BMTP, BMAD, Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), serta sertifikasi TKDN dan SNI wajib. Salah satu terobosan utama datang dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) yang meluncurkan sistem sertifikasi SNI digital melalui SIINas (Sistem Informasi Industri Nasional).
“SIINas meningkatkan efisiensi proses sertifikasi dan memperkuat transparansi serta integrasi data industri,” kata Andi Rizaldi, Kepala BSKJI. Empat komoditas keramik telah masuk dalam sistem ini: ubin keramik, kaca isolasi, kaca lembaran, dan mineral wool.
Hingga saat ini, 23 perusahaan telah mendapatkan SPPT SNI, dan 38 lainnya tengah dalam proses pengajuan. Menurut Kepala BBSPJIKMN, Azhar Fitri, digitalisasi sertifikasi ini menjadi tonggak penting dalam peningkatan daya saing industri keramik nasional di pasar domestik dan ekspor.
Baca juga: Peran Gen Z dalam Mendorong UKM Berbasis Kreativitas
BBSPJIKMN juga tengah mempersiapkan diri menjadi Badan Layanan Umum (BLU), serta mendirikan Lembaga Verifikasi dan Validasi GRK serta Lembaga Inspeksi untuk komoditas refraktori dan mineral nonlogam. “Kami siap menjadi motor penggerak industri keramik nasional yang lebih adaptif, efisien, dan berkelanjutan,” tutup Azhar.
Dengan langkah digitalisasi dan penerapan standar wajib yang terus diperkuat, Indonesia semakin percaya diri dalam mengukuhkan posisinya sebagai produsen keramik unggulan di pasar global.