Sanken Menutup Pabrik, Pemerintah Dianggap Kurang Mendukung Investasi

Tangerang, 05 Maret 2025 – Penutupan pabrik Sanken Indonesia yang baru-baru ini diumumkan memicu kekhawatiran terkait kondisi industri manufaktur di Indonesia. Pabrik yang berfokus pada produksi komponen elektronik, termasuk semikonduktor, ini terpaksa menghentikan operasionalnya akibat berbagai faktor, salah satunya rendahnya daya beli masyarakat dan persaingan dengan produk impor yang lebih murah.

Baca juga: Pameran Toyota Tampilkan Solusi Energi dan Mobilitas Ramah Lingkungan

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor elektronik Indonesia memang mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan tingkat pertumbuhan di atas 6%. Namun, sektor ini masih menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan ketergantungan pada impor komponen elektronik dan semikonduktor. Sanken, yang beroperasi di Indonesia sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA), menjadi salah satu korban dari situasi ini. Dengan alasan akan fokus pada produksi semikonduktor di Jepang, Sanken akhirnya memilih untuk menutup pabriknya yang beroperasi di Indonesia.

Kondisi ini menjadi cerminan dari kegagalan pemerintah dalam menciptakan regulasi yang berpihak pada investasi asing. Meskipun pemerintah gencar mengusung program hilirisasi untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam, sektor industri manufaktur berteknologi tinggi seperti elektronik justru terabaikan. Hal ini berimbas pada terhentinya produksi di beberapa pabrik dan hilangnya ribuan lapangan pekerjaan.

Baca juga: Pemerintah Apresiasi Inovasi Toyota dalam Netralitas Karbon

Pada 2023, Sanken hanya mampu memanfaatkan 14% kapasitas produksinya, yang semakin memperburuk keadaan. Penurunan daya beli masyarakat dan ketidakmampuan industri untuk bersaing dengan produk impor yang murah turut memperburuk prospek sektor manufaktur Indonesia. Penutupan pabrik ini diprediksi akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan sulit mencapai target 8% dalam waktu dekat.

Sektor elektronik Indonesia seharusnya menjadi pilar penting dalam perekonomian, terutama karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun, tanpa adanya dukungan yang kuat terhadap inovasi dan pengembangan teknologi, Indonesia berisiko semakin tertinggal dalam kompetisi global, terutama dari negara-negara tetangga seperti Vietnam yang sukses menarik investasi asing.

Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi dan perbaikan dalam kebijakan investasi serta menciptakan ekosistem yang lebih mendukung sektor manufaktur berteknologi tinggi agar Indonesia tidak kehilangan daya saing di pasar global. Tanpa langkah strategis yang tepat, kondisi ini berpotensi memperburuk situasi ekonomi dan meningkatkan pengangguran di Indonesia.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img