UMKM Batik Kinan Blitar Produk Lokal dengan Pewarna Alami

Tangerang, 06 Februari 2025 – UMKM Batik kini bukan hanya sekadar warisan budaya, tetapi juga menjadi tren fashion yang semakin digemari di dalam maupun luar negeri. Seiring perkembangan zaman, batik mengalami inovasi yang luar biasa, dari sekadar busana formal hingga merambah ke pakaian kasual, aksesori, dan interior rumah. Inovasi ini membawa batik semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Salah satu contoh sukses inovasi batik datang dari Batik Kinan, yang berasal dari Kelurahan Gedog, Kota Blitar. Dengan menonjolkan ciri khas budaya lokal serta pewarna alami, Batik Kinan semakin dikenal luas dan mendapat tempat di hati pecinta batik.

Baca juga: Mengubah Sampah Sumpit Menjadi Produk Bernilai Tinggi

Pemilik Batik Kinan, Nanik, memulai perjalanan membatiknya sejak mengikuti pelatihan di Kota Blitar pada tahun 2010. Sebelumnya, ia berprofesi sebagai petani, tanpa latar belakang keluarga pembatik. Namun, kecintaannya terhadap batik mendorongnya untuk terus berkarya hingga kini produk batiknya banyak diminati masyarakat.

“Dulunya saya hanya petani, bukan keturunan seorang pembatik. Saya mulai bisa dan tertarik membatik setelah mengikuti pelatihan dari dinas setempat di tahun 2010,” ungkap Nanik dalam rilis resmi Pemerintah Kota Blitar, Rabu (5/2/2025).

Salah satu keunggulan Batik Kinan adalah penggunaan pewarna alami dalam proses produksinya. Meskipun metode ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan pewarna kimia, hasilnya lebih eksklusif dan diminati banyak pelanggan. Bahkan, batik dengan pewarna alami banyak dipesan oleh mitra asosiasi batik di Jawa Timur.

Beberapa bahan pewarna alami yang digunakan oleh UMKM Batik Kinan meliputi:

  • Kulit jalawe – menghasilkan warna hijau kecoklatan
  • Kulit mahoni & daun tinggi – memberikan warna merah kecoklatan
  • Sabut kelapa – menciptakan warna krem kecoklatan
  • Daun indigo & mangga – menghasilkan warna hijau alami

“Proses pewarnaan alami lebih lama karena kain perlu direbus (mordan) sebelum dicelup dalam warna alami, tetapi banyak pelanggan yang justru meminta batiknya dibuat dengan cara ini,” jelas Nanik.

Tidak hanya dari sisi pewarnaan, Batik Kinan juga menonjolkan identitas Kota Blitar melalui motif-motif uniknya. Beberapa motif yang menjadi ciri khas Batik Kinan antara lain:

  • Motif ikan koi dan wajah Bung Karno – mencerminkan ikon Kota Blitar
  • Jaranan Pegon & Topeng Barongan Kucingan – mengangkat budaya lokal Blitar
  • Monumen Potlot (Motif Sekar Dharma) – terinspirasi dari sejarah perjuangan PETA di Blitar

Selain batik tulis dan cap, Batik Kinan juga memproduksi wastra lain seperti jumputan, shibori, dan batik ecoprint yang semakin diminati pasar.

Dalam sebulan, galeri Batik Kinan mampu menjual 30 hingga 40 kain batik, dengan pemesanan terbanyak berasal dari Pasuruan, Surabaya, dan Solo. Harga kain batik bervariasi, mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,5 juta, tergantung pada jenis batik (cap, tulis, atau kombinasi).

Bagi pecinta batik yang ingin melihat langsung koleksi Batik Kinan, dapat mengunjungi rumah produksi yang beralamat di Jl. Pemuda Sumpono RT 03 RW 03, Kota Blitar.

Baca juga: Pelatihan E-Commerce Bantu UMKM Desa Kertasari Jangkau Pasar Digital

Dengan inovasi motif dan pewarna alami, Batik Kinan berhasil membawa batik Blitar semakin dikenal. Konsistensi dalam mengangkat budaya lokal serta komitmen pada pelestarian batik membuat Batik Kinan semakin diminati, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img