Kerjasama Digitalisasi Manufaktur Indonesia dengan Korea Selatan

Tangerang, 31 Januari 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengakselerasi penerapan teknologi industri 4.0 di sektor manufaktur Indonesia guna meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar global. Inisiatif ini membutuhkan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk mencapai transformasi digital yang lebih cepat dan efektif.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menyatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam memastikan Indonesia dapat bersaing di era digital. “Industri 4.0 menjadi prioritas pemerintah untuk mempercepat adopsi teknologi digital, terutama di sektor manufaktur,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Minggu (26/1).

Baca juga: Sertifikasi Juru Bor Tambang untuk Tingkatkan Kompetensi

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung transformasi digital ini, termasuk program “Making Indonesia 4.0” yang bertujuan untuk mempercepat digitalisasi di sektor manufaktur. Meskipun demikian, tantangan besar seperti kesiapan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan kesenjangan digital di beberapa daerah masih menjadi hambatan yang harus diatasi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenperin menjalin kerja sama bilateral dengan pemerintah Korea Selatan. Kerja sama ini dilakukan melalui penandatanganan Memorandum of Arrangement (MoA) pada 22 Januari 2025, yang diwakili oleh Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri (POPTIKJI) Kemenperin, Priyadi Arie Nugroho, dan Director of Trade Policy Coordination Division dari Ministry of Economy and Finance (MOEF) Korea Selatan, Choi Dong Il.

Kerja sama ini difokuskan pada pengembangan pedoman smart factory sebagai bagian dari digitalisasi industri manufaktur di Indonesia. Priyadi Arie Nugroho yakin bahwa penerapan konsep Smart Factory dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, mengurangi biaya operasional, serta memperkuat daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar global. “Dengan pengalaman Korea Selatan dalam mengembangkan ekosistem smart factory, kami optimis kolaborasi ini dapat menjadi langkah besar dalam transformasi industri manufaktur Indonesia,” jelas Priyadi.

Choi Dong Il, perwakilan MOEF Korea Selatan, juga mendukung penuh inisiatif ini. Ia berharap kerja sama ini dapat membuka peluang lebih banyak proyek serupa di masa depan yang dapat mempererat hubungan perdagangan antara kedua negara dan meningkatkan daya saing industri masing-masing.

Direktur Akses Industri Internasional (AII) Kemenperin, Dewi Muliana, menyampaikan bahwa kerja sama ini adalah salah satu upaya aktif Direktorat AII dalam meningkatkan implementasi kerja sama teknik di bidang industri. Tujuannya adalah untuk mempercepat transformasi digital di sektor manufaktur dan meningkatkan daya saing Indonesia dalam rantai pasok global.

Baca juga: Kemenperin dan BPS Sinkronkan Data Industri Indonesia

Melalui kolaborasi ini, diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan teknologi smart factory untuk mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta memperkuat posisinya di pasar internasional.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img