Peningkatan Pendapatan UMKM Agrifood dengan Teknologi Digital

Tangerang, 16 Januari 2025 – UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di sektor pangan-pertanian atau agrifood memegang peran vital dalam perekonomian Indonesia. Dengan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini menjadi salah satu pilar utama ketahanan pangan nasional. Berdasarkan data Kementerian UMKM, sekitar 66 juta UMKM di Indonesia menyumbang lebih dari 60% PDB setiap tahunnya, dengan sektor pertanian menyumbang sekitar 13,57% pada triwulan ketiga 2023.

Namun, meskipun UMKM agrifood memiliki potensi besar, masih ada tantangan besar dalam memaksimalkan kontribusinya. Salah satu kunci utama untuk mengoptimalkan potensi UMKM agrifood adalah digitalisasi. Meskipun digitalisasi terbukti dapat meningkatkan penjualan hingga 26% secara global, saat ini hanya sekitar 43% UMKM di Indonesia yang telah terhubung ke ekosistem digital dan memanfaatkan platform e-commerce.

Baca juga:

Pentingnya Digitalisasi untuk UMKM Agrifood

Digitalisasi terbukti menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi di sektor agrifood. Di negara-negara lain, adopsi teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) dalam rantai pasok pertanian telah membawa dampak positif, seperti yang terjadi di India dengan platform Ninjacart dan e-Choupal. Kedua platform ini telah membantu menghubungkan petani dengan pengecer dan meningkatkan akses mereka ke pasar dan informasi. Hasilnya, pendapatan petani pun meningkat secara signifikan.

Di Indonesia, sudah ada beberapa platform agritech seperti e-Fishery dan Sayurbox yang membantu petani lokal dalam meningkatkan efisiensi dan pendapatan. Misalnya, e-Fishery menyediakan perangkat IoT untuk otomatisasi pakan ikan, yang dapat meningkatkan keuntungan petani sektor akuakultur hingga 34,1%. Sementara itu, Sayurbox membantu petani menghubungkan langsung dengan konsumen, memotong rantai pasok, dan meningkatkan pendapatan mereka hingga 10 kali lipat.

Baca juga:

Tantangan yang Dihadapi UMKM Agrifood dalam Digitalisasi

Meski potensi digitalisasi sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan literasi digital di kalangan pelaku UMKM, terutama di daerah pedesaan. Survei Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menunjukkan bahwa 40% UMKM di Indonesia kesulitan dalam mengadopsi teknologi. Keterbatasan infrastruktur digital juga menjadi kendala, dengan banyak desa yang belum memiliki akses internet yang stabil.

Selain itu, akses pembiayaan teknologi menjadi masalah besar bagi UMKM, terutama sektor agrifood. Berdasarkan laporan Bappenas, hanya 17% UMKM sektor agrifood yang memiliki akses ke pembiayaan formal untuk membeli perangkat teknologi yang dibutuhkan.

Solusi untuk Keberlanjutan UMKM Agrifood

Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia perlu mempercepat kebijakan dan adopsi digitalisasi agar UMKM sektor agrifood dapat ‘naik kelas’ dan lebih berkontribusi terhadap PDB serta ketahanan pangan nasional. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan. Pemerintah harus memperluas infrastruktur digital ke daerah-daerah terpencil dan meningkatkan program literasi digital. Sektor swasta dapat menyediakan teknologi yang mudah diakses oleh UMKM, sementara lembaga keuangan dapat memberikan akses pembiayaan yang lebih luas.

Secara keseluruhan, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan esensial bagi UMKM agrifood untuk memastikan keberlanjutan dan kontribusinya terhadap ekonomi nasional. Keberhasilan digitalisasi ini akan terwujud jika ada kerja sama yang solid antara semua pihak terkait.

Digitalisasi membuka banyak peluang bagi UMKM agrifood di Indonesia, dan melalui kolaborasi serta inovasi, sektor ini dapat terus berkembang, meningkatkan efisiensi, dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian dan ketahanan pangan nasional.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img