Astoetik Hadirkan Kompor Batik Listrik, Solusi Hemat Energi untuk Pembatik

Tangerang, 06 Desember 2024 – Batik, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, kini memasuki era modern berkat inovasi yang menggabungkan teknologi dengan tradisi. Salah satu pelopor inovasi ini adalah Astoetik Indonesia, yang berhasil mengembangkan alat-alat canggih untuk membatik, sehingga lebih mudah dan efisien tanpa menghilangkan esensi seni tradisional.

Astoetik Indonesia, yang beroperasi di Bantul, Yogyakarta, didirikan oleh Aris Stiyawan, seorang lulusan Teknik Elektro. Ia tergerak untuk berinovasi setelah menghadapi kendala pembatasan minyak tanah pada tahun 2013 yang berdampak pada pembuat batik tradisional. Menyadari kebutuhan yang mendesak, Aris menciptakan kompor batik listrik sebagai solusi untuk menggantikan kompor minyak tanah yang mulai langka. Inovasi kompor listrik ini ternyata diterima dengan sangat baik, bahkan menjadi cikal bakal berdirinya CV. Astoetik Indonesia.

Baca juga: Transisi Energi Indonesia Masih Jauh dari Target, IESR Soroti Kendala

“Awalnya saya tidak terpikirkan untuk masuk ke dunia batik, karena saya seorang teknisi elektro. Namun, kondisi ekonomi yang sulit memicu saya untuk menemukan solusi, dan akhirnya saya membuat kompor listrik yang mempermudah pembatik,” ujar Aris mengenang awal mula perjalanan inovasinya.

Kompor batik listrik ini menjadi produk andalan pertama Astoetik yang telah terjual lebih dari 20.000 unit. Seiring berjalannya waktu, Astoetik mengembangkan lebih dari 200 produk untuk mendukung industri batik, termasuk alat dan bahan untuk membatik, pelatihan, dan bahkan penjualan batik pesanan. Salah satu produk inovatif lainnya adalah canting listrik portable yang praktis digunakan, yang menurut Aris, mungkin merupakan satu-satunya di dunia.

Baca juga: Bandung Bersalju, Karya Digital Brillian Fairiandi Memikat Netizen

Selain alat membatik, Astoetik juga memperkenalkan mesin batik SGD-4133 yang mampu mencanting secara otomatis menggunakan malam. Mesin ini dirancang untuk mempercepat proses produksi tanpa mengurangi nilai seni dari batik itu sendiri. Mesin ini dijual dengan harga sekitar Rp 355 juta dan menjadi pilihan bagi industri batik yang ingin meningkatkan kapasitas produksi mereka.

Aris Stiyawan menuturkan bahwa Astoetik bertujuan untuk tidak hanya mempermudah proses pembuatan batik, tetapi juga untuk menjaga tradisi tersebut agar tetap relevan di era modern. “Kami ingin memastikan batik tetap dihargai dan dilestarikan, tetapi dengan teknologi yang membuatnya lebih efisien dan mudah diakses oleh semua kalangan,” tambah Aris.

Dengan inovasi ini, Astoetik Indonesia telah mengubah wajah industri batik dengan menyatukan tradisi dan teknologi, serta memperkenalkan produk unggulan yang tidak hanya diminati di Indonesia tetapi juga di pasar global. Astoetik telah membuktikan bahwa teknologi tidak harus menghapuskan tradisi, tetapi justru dapat memperkuat dan memajukan warisan budaya Indonesia ke masa depan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img