Siapa Sangka Minyak Jelantah Bisa Jadi Ladang Devisa?

Tangerang, 29 November 2024 – Minyak jelantah yang sering dianggap sebagai limbah dapur ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi di berbagai negara. Sejumlah negara tetangga Indonesia bahkan memanfaatkan minyak bekas gorengan tidak hanya sebagai bahan biodiesel, tetapi juga sebagai bahan baku industri kosmetik, pelumas, hingga pakan ternak.

Tidak mengherankan jika minyak jelantah menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia dengan kode HS 15180060. Namun, sayangnya, di banyak rumah tangga dan restoran di Indonesia, minyak jelantah sering kali terbuang begitu saja tanpa disadari potensinya.

Baca juga: Jalin dan EcoTouch Kolaborasi Atasi Limbah Tekstil

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun terakhir, Indonesia mengekspor 2,79 juta kilogram minyak jelantah ke Vietnam dengan total nilai mencapai US$ 2,85 juta. Vietnam menjadi tujuan utama ekspor berkat tingginya kebutuhan negara tersebut akan bahan baku biodiesel untuk mendukung transisi energi hijau mereka. Harga rata-rata minyak jelantah di Vietnam mencapai sekitar US$ 1,02 per kilogram.

China menempati posisi kedua sebagai tujuan ekspor dengan volume 1,01 juta kilogram senilai US$ 1,01 juta. Minyak jelantah di China tidak hanya diolah menjadi biodiesel tetapi juga digunakan dalam pakan ternak sebagai suplemen energi murah untuk mendukung sektor peternakan yang terus berkembang.

Selain itu, Filipina, Lithuania, dan Brasil juga termasuk dalam lima besar negara tujuan ekspor dengan total volume masing-masing 342 ribu, 256,8 ribu, dan 206 ribu kilogram. Di Eropa, seperti di Lithuania, minyak jelantah sering diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan karena adanya regulasi ketat terkait emisi karbon. Sementara itu, Brasil memanfaatkan minyak bekas gorengan untuk bahan baku pelumas dan aditif industri lainnya.

Meskipun angka ekspor cukup besar, potensi minyak jelantah Indonesia masih jauh dari optimal. Setiap tahunnya, Indonesia menghasilkan minyak bekas dalam jumlah besar, namun sebagian besar belum dikelola secara baik. Limbah ini sering kali dibuang tanpa melalui proses pengumpulan yang sistematis.

Pemerintah dapat mengambil peran penting dalam meningkatkan nilai ekspor ini. Langkah-langkah seperti memperbaiki infrastruktur pengumpulan minyak jelantah dari rumah tangga dan restoran serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai ekonomi minyak jelantah dapat menjadi solusi efektif. Selain itu, memberikan insentif kepada pelaku usaha yang aktif dalam perdagangan minyak bekas juga akan membantu mendorong pengelolaan limbah ini.

Pelaku usaha di Indonesia dapat mencontoh strategi negara tujuan ekspor seperti Vietnam dan China yang mengolah minyak jelantah menjadi produk dengan nilai tambah. Selain itu, mengembangkan industri biodiesel domestik juga dapat menjadi strategi diversifikasi untuk meningkatkan nilai ekonomi sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.

Baca juga: Stok Minyak Goreng Aman untuk Natal dan Tahun Baru

Regulasi yang mendukung perdagangan minyak bekas juga perlu diperkuat. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat meningkatkan daya saing di pasar global, menambah devisa, dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Jika dikelola dengan baik, minyak jelantah tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga bagian dari solusi global untuk keberlanjutan dan pengurangan limbah.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img