Tangerang, 18 November 2024 – Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan pasar kredit karbon dan perdagangan digital di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Budi Santoso, yang mewakili Presiden RI Prabowo Subianto dalam Dialog Pemimpin APEC dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) pada Jumat, 15 November 2024, di Lima, Peru. Forum ini merupakan bagian dari rangkaian APEC Economic Leaders’ Week (AELW) 2024 dan dibuka oleh Presiden Peru, Dina Boluarte.
Dalam forum tersebut, Mendag Budi menyatakan bahwa Indonesia sangat mendukung terbentuknya pasar kredit karbon yang saling terhubung di kawasan Asia-Pasifik. Menurutnya, pasar ini penting untuk mendukung transisi menuju energi bersih dan berkeadilan, yang tidak hanya menguntungkan kawasan, tetapi juga Indonesia. “Kami memandang pasar kredit karbon yang saling terhubung di kawasan ini merupakan langkah penting dalam transisi energi yang berkelanjutan,” ujar Mendag Budi.
Baca juga: 5 Strategi Jitu UMKM Bertahan di Pasar Kompetitif
Forum ini juga membahas berbagai rekomendasi penting dari ABAC, seperti pembiayaan inovatif melalui instrumen seperti Currency Basket Indexed-Bonds dan pasar karbon yang interoperable. Diskusi juga mengangkat potensi Indonesia untuk mengembangkan bursa perdagangan karbon yang dapat terhubung dengan pasar regional. Mendag Budi menyarankan agar pembiayaan inovatif ini juga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Indonesia sendiri telah berhasil mengurangi deforestasi hutan hingga tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir, serta merestorasi ekosistem mangrove yang berperan dalam penyerapan karbon. Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen secara domestik, dan 43,2 persen melalui kolaborasi internasional. Dengan kebijakan ini, Indonesia berharap dapat menjadi pemimpin dalam perdagangan karbon di kawasan Asia-Pasifik.
Selain itu, Indonesia juga aktif memajukan perdagangan digital. Mendag Budi menekankan pentingnya perdagangan tanpa kertas atau paperless trade, yang menjadi kunci dalam mengurangi hambatan dalam perdagangan internasional. “Indonesia terus berkomitmen dalam mengembangkan infrastruktur digital untuk mendukung perdagangan digital dan ekonomi digital yang inklusif,” ujar Budi. Dengan nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai USD 90 miliar pada tahun 2023, Indonesia semakin memperkuat peranannya dalam perdagangan global, khususnya dalam sektor niaga-el dan teknologi finansial (tekfin).
Komitmen Indonesia dalam mendukung pasar karbon dan perdagangan digital ini juga tercermin dalam kebijakan nasional yang telah menginisiasi pembentukan Badan Karbon Nasional dan peluncuran bursa karbon pada September 2023 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Indonesia berharap, langkah-langkah ini dapat mendukung pasar kredit karbon yang lebih terhubung dan memperkuat ekosistem ekonomi digital di tingkat internasional.
Baca juga: Kemenperin Fokus Tingkatkan Daya Saing Industri Dalam Negeri
Dengan berbagai langkah progresif ini, Indonesia semakin membuktikan perannya sebagai pemimpin dalam pembangunan berkelanjutan dan digitalisasi perdagangan di Asia-Pasifik