Tangerang, 14 November 2024 – Pertumbuhan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia mengalami pelambatan yang cukup signifikan, seiring dengan meningkatnya risiko kredit yang ditunjukkan oleh kenaikan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan per September 2024 mencatatkan pertumbuhan kredit UMKM hanya sebesar 5,04% year-on-year (YoY), turun dibandingkan dengan angka 8,2% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio NPL tercatat naik menjadi 4% pada September 2024, dari sebelumnya yang sebesar 3,88% pada 2023.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, kondisi ini membuat perbankan semakin berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM. “Kondisi tersebut menyebabkan perbankan lebih berhati-hati [prudent] ketika akan menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM,” ujar Dian dalam keterangan persnya pada Kamis (14/11/2024). Pelambatan pertumbuhan kredit UMKM tersebut lebih dominan terjadi pada segmen mikro, yang hanya tumbuh 4,77% YoY, padahal pada September 2023 segmen ini tumbuh pesat sebesar 25,69%. Meski demikian, segmen mikro tetap mencatatkan porsi yang stabil sekitar 44% dari total kredit UMKM.
Baca juga: Edukasi Pangan Lokal dan Ekspor UMKM di SIAL Interfood 2024
Namun, meskipun pertumbuhannya melambat, risiko kredit pada segmen mikro justru tercatat lebih baik dibandingkan dengan segmen kecil dan menengah. Rasio NPL segmen mikro berada di angka 3,25%, lebih rendah dibandingkan segmen kecil (4,22%) dan menengah (5,17%). Dian menjelaskan, risiko kredit UMKM masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kredit non-UMKM, mengingat sebagian besar pelaku UMKM berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti kecenderungan perekonomian yang semakin mengarah pada pemanfaatan teknologi dan masuknya produk impor ilegal yang lebih murah, turut memberikan tekanan bagi bisnis UMKM.
Di sisi perbankan, sejumlah bank besar di Indonesia juga mencatatkan kinerja yang cukup baik dalam mendukung pembiayaan UMKM. PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) misalnya, tercatat menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp120,1 triliun, yang mengalami pertumbuhan 14,2% YoY. Bank Negara Indonesia (BNI) juga menunjukkan pencapaian yang signifikan dengan penyaluran kredit UMKM sebesar Rp77,3 triliun, sementara PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1.105,7 triliun, mencakup 81,7% dari total pembiayaan yang disalurkan.
Sebagai bank yang berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM, BRI menyatakan akan terus memperkuat segmen tersebut sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam konferensi pers mengatakan, “Melalui pemberdayaan UMKM, BRI mengambil peran dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.”
Baca juga: BRI Ungkap Kenaikan NPL, Apa Artinya untuk UMKM?
Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan terkait risiko kredit yang meningkat, sektor UMKM masih menunjukkan potensi besar dan menjadi fokus utama bagi perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Pemerintah dan sektor perbankan diharapkan terus bekerja sama untuk meningkatkan akses pembiayaan serta mendukung daya saing UMKM di pasar global.