Tangerang, 13 November 2024 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan industri obat bahan alam sebagai pilar utama dalam sektor farmasi Indonesia. Pada triwulan II tahun 2024, sektor farmasi dan obat bahan alam mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 8,01 persen. Kontribusinya terhadap industri pengolahan nonmigas pun tercatat mencapai 18,52 persen. Selain itu, sektor ini berhasil menembus angka ekspor USD 639,42 juta sepanjang Januari hingga September 2024.
Andi Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), dalam acara Business Gathering yang digelar di Jakarta pada Kamis (17/10), mengungkapkan, “Kelompok industri farmasi dan obat bahan alam termasuk dalam lima subsektor industri yang mengalami ekspansi tertinggi berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan September 2024.” Hal ini menunjukkan adanya gairah yang positif di sektor ini.
Baca juga: Kolaborasi Kemnaker dan Dunia Usaha Hadapi Tantangan Global
Andi Rizaldi menambahkan bahwa sektor industri farmasi, termasuk obat kimia dan obat tradisional, memiliki prospek yang cerah untuk masa depan. Oleh karena itu, pengembangan industri obat bahan alam di Indonesia perlu terus didorong agar mampu bersaing di pasar global. Sinergi antara berbagai pihak, seperti pemerintah, industri, akademisi, dan lembaga penelitian, akan menjadi kunci sukses dalam memperkuat daya saing industri ini.
Kemenperin juga aktif mendukung kebijakan pengembangan obat bahan alam, terutama dalam hal produksi dan teknologi manufaktur. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah melalui pembangunan fasilitas House of Wellness. Fasilitas ini, yang dikelola oleh unit kerja BBSPJIKFK, bertujuan untuk mendukung produksi obat bahan alam dengan teknologi modern.
Terdapat berbagai jenis perusahaan yang beroperasi di sektor industri obat bahan alam di Indonesia, seperti Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA). Sebagai hasilnya, ada lebih dari 19 ribu produk jamu, 99 produk obat herbal terstandar, serta 33 produk fitofarmaka yang diproduksi di Indonesia. Kemenperin terus mendorong dan memberikan pembinaan agar industri kecil ini dapat naik kelas dan meningkatkan daya saing mereka.
Siti Rohmah Siregar, Kepala BBSPJIKFK, menyatakan kesiapan pihaknya untuk memfasilitasi industri obat bahan alam dengan berbagai teknologi dan fasilitas yang dimiliki, termasuk teknologi pengolahan simplisia, ekstraksi, formulasi, dan pengemasan. Selain itu, BBSPJIKFK juga memiliki laboratorium pengujian yang memadai untuk memastikan produk obat bahan alam memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ketat.
Business Gathering ini menjadi ajang penting untuk mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan industri kimia, farmasi, dan kemasan. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai instansi terkait, seperti BPOM, Kemenkes, dan Asosiasi GP Jamu, serta para pelaku industri yang diharapkan dapat berbagi pengalaman dan solusi dalam mengatasi tantangan global serta meningkatkan keberlanjutan industri obat bahan alam di Indonesia.
Baca juga: Indonesia Tunjukkan Komitmen Perangi Perubahan Iklim di COP29
Dengan berbagai upaya dan kolaborasi ini, industri obat bahan alam di Indonesia diharapkan semakin kuat dan mampu bersaing di pasar internasional.