Tangerang, 08 November 2024 – Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat mencuri perhatian industri tekstil Indonesia. Kebijakan perdagangan proteksionis yang diusung Trump diprediksi dapat membawa dampak besar pada sektor ekspor tekstil tanah air. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyatakan bahwa asosiasi tengah mengamati perubahan tarif atau hambatan dagang yang mungkin diterapkan Amerika Serikat dalam rangka melindungi industrinya sendiri.
Menurut Redma, kebijakan proteksionis ini bisa berdampak langsung dan tidak langsung terhadap industri tekstil Indonesia. Salah satu bentuk tantangan yang mungkin muncul adalah penerapan trade remedies atau perlindungan dagang seperti kebijakan anti-dumping dan safeguard sesuai aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). “Indonesia sering dijadikan tempat transhipment untuk barang-barang asal Tiongkok yang menuju AS. Jika Dinas Perdagangan menerbitkan Sertifikat Keterangan Asal (SKA) tanpa kontrol ketat—seperti kasus pada produk benang filamen—maka ada risiko produk kita terkena kebijakan anti-dumping atau safeguard,” ungkap Redma, Kamis (7/11).
Baca juga: PP Terbaru tentang Penghapusan Piutang Macet UMKM
Meskipun kebijakan ini dapat menjadi tantangan, APSyFI juga melihat peluang bagi Indonesia. Kebijakan proteksionis terhadap barang-barang asal Tiongkok dapat mendorong daya beli masyarakat AS terhadap produk tekstil, dan ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk memperbesar ekspor ke pasar tersebut. “Dengan meningkatnya daya beli konsumen AS, kita memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor tekstil,” tambah Redma.
Namun, persaingan di pasar AS tetap ketat, dengan negara-negara lain juga berupaya merebut peluang ini. Redma menekankan pentingnya meningkatkan daya saing industri tekstil dalam negeri, terutama dalam aspek efisiensi biaya. “Efisiensi pada struktur biaya seperti energi, gas, tenaga kerja, dan logistik menjadi kunci agar produk kita bisa bersaing efektif di pasar AS,” ujarnya.
Di sisi lain, APSyFI mengkhawatirkan potensi lonjakan produk asal Tiongkok di pasar domestik Indonesia akibat hambatan perdagangan AS terhadap produk Tiongkok. “Barang-barang Tiongkok yang tidak bisa masuk ke AS berpotensi membanjiri pasar Indonesia. Ini tantangan tambahan bagi pelaku industri tekstil dalam negeri,” jelas Redma.
Baca juga: Dari Pengangguran hingga Menjadi Juragan Toko Online
Secara keseluruhan, APSyFI menyarankan langkah-langkah adaptasi yang fokus pada peningkatan efisiensi operasional dan struktur biaya. Kepatuhan terhadap regulasi internasional juga dinilai krusial untuk menghadapi kebijakan perdagangan proteksionis yang mungkin lebih ketat di bawah kepemimpinan Trump.