Tangerang, 11 November 2024 – Pemilihan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru diprediksi akan membawa perubahan signifikan terhadap kebijakan ekonomi negara tersebut. Menurut Ratih Herningtyas, akademisi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pemerintah Indonesia perlu waspada dan jeli dalam merancang strategi diplomasi ekonomi di bawah kepemimpinan Trump, yang diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionisme yang lebih ketat.
Ratih menjelaskan bahwa kebijakan Trump kemungkinan akan mencakup pembatasan impor untuk memperkuat ekonomi domestik AS. Salah satu kebijakan yang mungkin diberlakukan adalah kenaikan tarif impor, seperti yang sudah diusulkan Trump selama masa kampanye. Misalnya, Trump berencana untuk menaikkan tarif impor barang dari China hingga lebih dari 60 persen, sebuah langkah yang dapat mengguncang pasar global. “Setiap negara yang memiliki komoditas ekspor ke Amerika perlu menyiapkan strategi sebagai antisipasi jika dikenakan kenaikan tarif. Ini seperti yang terjadi dengan China,” kata Ratih dalam siaran pers Humas UMY, Minggu (10/11/2024).
Baca juga: Mengapa Kemenkop UKM Menolak Aplikasi TEMU di Indonesia?
Bagi Indonesia, Ratih mengingatkan bahwa kebijakan proteksionisme ini bisa berdampak pada perdagangan ekspor-impor, terutama dalam menjaga akses komoditas Indonesia ke pasar AS. “Pemerintah harus memperkuat hubungan diplomasi ekonomi dengan AS agar komoditas Indonesia bisa tetap masuk ke pasar Amerika,” ujar Ratih.
Namun, selain itu, ada ancaman lain yang perlu diwaspadai Indonesia, yaitu kemungkinan negara-negara lain yang terdampak kebijakan proteksionisme AS mencari pasar alternatif, dan Indonesia bisa menjadi ‘tempat buangan’ barang-barang tersebut. Ratih menambahkan, pasar Indonesia bisa dengan mudah diserbu komoditas impor yang lebih murah dan kompetitif, yang berpotensi mengancam stabilitas pasar domestik.
Di sisi lain, kemenangan Trump juga membawa kekhawatiran terkait inflasi yang dapat meningkat jika ia benar-benar menerapkan kebijakan kampanyenya. Trump telah mengusulkan untuk memangkas pajak dan menaikkan tarif impor, yang akan meningkatkan biaya barang impor di AS. Selain itu, ia juga berencana untuk memperketat kebijakan imigrasi, yang dapat berdampak pada dinamika ekonomi global.
Selama kampanye, Trump juga mengusulkan tarif 10-20 persen untuk semua barang impor ke AS, sebuah langkah drastis mengingat tarif impor di AS saat ini hanya sekitar 2 persen. Selain itu, Trump juga mengusulkan tarif yang lebih tinggi untuk barang impor dari China, setidaknya 60 persen, serta tarif yang sangat tinggi untuk mobil yang dibuat di Meksiko dan produk-produk dari perusahaan yang memindahkan produksi dari AS ke Meksiko.
Baca juga: BNI Respon Kebijakan Penghapusan Utang UMKM
Dengan kondisi ini, pemerintah Indonesia diharapkan dapat menyusun strategi perdagangan yang cermat untuk menghadapinya, mengingat potensi dampak dari kebijakan ekonomi proteksionis AS yang akan datang.