UMKM Go Export: Peluang dan Tantangannya dalam Industri Kerajinan

Tangerang, 20 Mei 2025 – Upaya mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menembus pasar ekspor bukan lagi wacana. Pemerintah melalui berbagai kementerian, lembaga, hingga inisiatif swasta, terus memperluas program “UMKM Go Export” sebagai bagian dari strategi memperkuat perekonomian nasional. Sektor usaha kerajinan (craft) menjadi salah satu unggulan yang dinilai memiliki daya saing global, tetapi juga menghadapi tantangan tak sedikit.

Secara statistik, sektor UMKM menyumbang lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap 97 persen tenaga kerja nasional. Namun, kontribusinya terhadap ekspor nasional masih terbatas, sekitar 15 persen. Padahal, banyak produk kerajinan lokal — mulai dari anyaman rotan, batik tulis, ukiran kayu, hingga perhiasan perak — memiliki nilai seni dan kultural yang tinggi, serta diminati pasar luar negeri, khususnya di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur.

Baca juga: Legalitas dan Perizinan UMKM: Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Kementerian Perdagangan mencatat, permintaan global terhadap produk handmade dan sustainable craft meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Konsumen global kini tak sekadar mencari barang, tetapi juga cerita di baliknya. Di sinilah produk craft Indonesia punya nilai lebih. Sayangnya, banyak pelaku usaha belum memahami cara masuk ke pasar internasional, mulai dari penyesuaian standar mutu, pengemasan, hingga regulasi ekspor dan perizinan.

“Produk kami sempat ditolak di pelabuhan karena kesalahan label bahan baku. Padahal itu cuma soal teknis,” ujar Wahyuni, pemilik usaha kerajinan bambu di Sleman, Yogyakarta. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga bahwa kualitas produk saja belum cukup tanpa pemahaman menyeluruh tentang rantai ekspor.Tantangan lainnya adalah skala produksi dan kesinambungan suplai. Banyak UMKM craft beroperasi dalam skala rumah tangga, dengan keterbatasan bahan baku, modal kerja, dan tenaga terampil. Untuk memenuhi permintaan buyer luar negeri secara konsisten, diperlukan konsolidasi antar perajin atau model kemitraan produksi. Di sinilah peran koperasi dan inkubator bisnis menjadi krusial.

Peluang pasar sebenarnya terbuka lebar. Di tengah tren ekonomi hijau dan gaya hidup berkelanjutan, kerajinan lokal Indonesia punya potensi besar. Program digitalisasi UMKM oleh berbagai platform e-commerce, pelatihan ekspor oleh Kementerian Koperasi dan UKM, hingga promosi di pameran internasional seperti Ambiente di Frankfurt atau Maison & Objet di Paris, menjadi jembatan penting.

Baca juga: Wirausaha Muda Fesyen dan Kriya Siap Naik Kelas Bersama CBI

Namun, tantangan digital tetap nyata. Masih banyak pelaku UMKM kesulitan mengakses teknologi, membuat katalog digital, atau menulis deskripsi produk berbahasa Inggris yang menjual. Oleh karena itu, upaya pendampingan berkelanjutan, baik oleh pemerintah, perguruan tinggi, maupun sektor swasta, sangat dibutuhkan.

UMKM Go Export bukan sekadar mimpi, melainkan langkah strategis untuk memperluas pasar, meningkatkan pendapatan, dan membuka lapangan kerja baru. Bagi pelaku usaha craft, ini adalah momentum untuk naik kelas, tanpa kehilangan jati diri lokal yang menjadi kekuatan utama mereka. Perlu sinergi, kesabaran, dan ekosistem yang mendukung agar Indonesia tak hanya dikenal sebagai bangsa kreatif, tetapi juga sebagai negara eksportir produk kerajinan unggulan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img