Tangerang, 15 April 2025 – Dalam upaya memperkuat pembangunan ekonomi hijau di Indonesia, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melalui inisiatif Regenerative Forest Business Hub (RFBH) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris menggelar diskusi strategis bertajuk “Kredit Keanekaragaman Hayati: Peluang dan Tantangan dalam Implementasi dan Ekspansi Bisnis Jasa Ekosistem di Indonesia” pada Senin (14/4/2025) di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta.
Diskusi ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, Kementerian Keuangan, lembaga keuangan, akademisi, hingga LSM dan sektor swasta, untuk merumuskan arah kebijakan pengembangan Biodiversity Credit di Indonesia.
Baca juga: Pertamina NRE Berhasil Jual 864.000 Ton Karbon, Dorong Kesadaran Lingkungan di Indonesia
Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Bidang SDM, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan, Shinta Widjaja Kamdani, menyatakan bahwa mekanisme pasar seperti Biodiversity Credit bisa menjadi solusi konkret dalam mendukung pelestarian lingkungan.
“Dengan mengintegrasikan mekanisme pasar ke dalam konservasi, kita tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang berkelanjutan,” ungkap Shinta.
Biodiversity Credit adalah instrumen berbasis pasar yang mendorong pelaku usaha berinvestasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan pemulihan ekosistem. Konsep ini sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon, serta membuka potensi ekonomi baru, khususnya bagi usaha kecil dan masyarakat adat.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, turut menegaskan komitmen negaranya dalam mendukung pendanaan berbasis alam melalui kerja sama global.
Baca juga: 87 Ribu IKM Balikpapan Dibidik Masuk Ekosistem Digital
“Pengembangan Biodiversity Credit di Indonesia adalah langkah strategis untuk mengatasi krisis iklim dan hilangnya biodiversitas. Inggris siap berkolaborasi lebih erat dengan Indonesia,” ujarnya.
Diskusi ini juga menyoroti pentingnya regulasi yang kuat, pendanaan yang memadai, dan sinergi lintas sektor. Langkah-langkah tersebut diperlukan agar implementasi Biodiversity Credit dapat memberi dampak nyata, tidak hanya di atas kertas, tetapi juga bagi konservasi dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sebagai bagian dari transformasi hijau, Kadin melalui RFBH juga tengah mengembangkan pendekatan Multi Usaha Kehutanan (MUK), yang menggabungkan aktivitas kehutanan, agroforestri, dan jasa lingkungan secara berkelanjutan. Model ini telah diterapkan sejak 2022 untuk memperkuat kapasitas pelaku usaha kehutanan di berbagai daerah.
Dengan kekayaan hayati yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di pasar Biodiversity Credit di kawasan Asia. Namun, keberhasilan ini membutuhkan keterlibatan aktif sektor publik dan swasta dalam memperjelas metodologi, standar pengukuran, serta membangun mekanisme transaksi yang inklusif dan transparan.
Kadin Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau berbasis biodiversitas, demi mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan