Tangerang, 15 April 2025 – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim melalui penyediaan kredit karbon. Sebagai pelopor dalam perdagangan karbon di Indonesia, Pertamina NRE berhasil menjual sebanyak 864.000 ton CO2 setara karbon di bursa karbon yang diresmikan pada September 2023. Penjualan tersebut setara dengan penanaman sekitar 34,5 juta batang pohon.
Kredit karbon yang berhasil diperdagangkan berasal dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Area Lahendong Unit 5 dan 6, yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha Pertamina NRE. Dicky Septriadi, Corporate Secretary Pertamina NRE, menjelaskan bahwa perusahaan ini memiliki berbagai portofolio bisnis hijau yang berpotensi menjadi sumber kredit karbon di masa depan.
Baca juga: 87 Ribu IKM Balikpapan Dibidik Masuk Ekosistem Digital
“Pertamina NRE memiliki berbagai portofolio bisnis hijau yang berpotensi untuk menjadi sumber kredit karbon untuk diperdagangkan,” ujar Dicky dalam acara Bisnis Indonesia Forum bertajuk Exploring Carbon Trading’s Future in Indonesia.
Selain sebagai pelopor perdagangan karbon, Pertamina NRE juga aktif mengedukasi masyarakat dan industri mengenai keberlanjutan lingkungan. Salah satu inisiatif penting yang dilakukan adalah penyelenggaraan acara-acara Carbon Neutral Event sebagai bagian dari kampanye kesadaran lingkungan.
“Dengan inisiatif yang menyentuh keseharian masyarakat, Pertamina NRE mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam menciptakan udara yang lebih bersih dan kehidupan yang lebih ramah lingkungan,” tambah Dicky.
Langkah ini juga menjadi bagian dari dukungan Pertamina NRE terhadap pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Dicky menekankan bahwa perdagangan karbon tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi sektor industri yang membutuhkan cara untuk mengurangi emisi karbon mereka.
Baca juga: Brand Sepatu Lokal Ini Buktikan Bisa Sukses Lewat Bisnis Digital
Pertamina NRE percaya bahwa terbentuknya ekosistem perdagangan karbon yang efektif akan berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia. Untuk itu, edukasi dan sosialisasi terkait perdagangan karbon kepada industri dan masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Dicky mengungkapkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat diperlukan untuk mempercepat implementasi sistem ini.
Melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri, atau hingga 43,2 persen dengan bantuan internasional. Di sisi lain, sektor-sektor tertentu yang sulit untuk didekarbonisasi membutuhkan pendekatan alternatif, salah satunya melalui perdagangan karbon.
Perdagangan karbon memungkinkan perusahaan, organisasi, atau individu untuk mengurangi jejak karbon mereka dengan membeli kredit karbon dari perusahaan yang menjualnya. Perusahaan yang menjual kredit karbon menghasilkannya dari proyek-proyek hijau yang telah terverifikasi oleh lembaga yang berwenang.
Dengan adanya perdagangan karbon, sektor industri yang memiliki target penurunan emisi dapat lebih mudah melakukan dekarbonisasi. Sementara itu, bagi perusahaan yang menjual kredit karbon, ini menjadi sumber pendapatan tambahan yang mendukung keberlanjutan usaha mereka.
Pertamina NRE terus berkomitmen untuk mendukung pencapaian target ENDC dan NZE 2060 Indonesia, dengan mempercepat perdagangan karbon sebagai salah satu solusi dalam mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan.