PT Ceria Targetkan Produksi Ferronickel Pertama pada April 2025 dengan Teknologi Hijau

Tangerang, 11 April 2025 – PT Ceria Nugraha Indotama, atau lebih dikenal dengan PT Ceria, menargetkan produksi komersial pertama Ferronickel (FeNi) dari Smelter Merah Putih Line 1 akan dimulai pada akhir April 2025. Smelter ini bukan hanya sekadar fasilitas pemrosesan nikel biasa, tetapi mengintegrasikan teknologi modern, energi hijau, dan standar ramah lingkungan yang menjadikannya inovatif dalam industri pengolahan nikel di Indonesia.

Teknologi Modern dan Energi Hijau

General Manager RKEF Operation Readiness PT Ceria, Roimon Barus, mengungkapkan bahwa proses hot commissioning smelter telah dimulai pada 23 Februari 2025. Proses tersebut dimulai dengan pengumpanan bijih nikel pada sistem dryer dan dilanjutkan dengan pemanasan tungku listrik (furnace heating up). Hingga awal April 2025, seluruh unit electric furnace smelter telah aktif menggunakan pasokan listrik, yang memastikan bahwa produksi komersial FeNi pertama akan terealisasi sesuai target pada akhir April 2025.

Baca juga: Permintaan Listrik Cip AI Meningkat 350%, Greenpeace Serukan Solusi Energi Berkelanjutan

Roimon menjelaskan bahwa smelter ini menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 72 MVA. Yang membedakan smelter PT Ceria dari yang lain adalah penggunaan rectangular electric furnace atau tungku persegi panjang yang lebih hemat energi, serta dilengkapi dengan sistem dust collector, pengelolaan limbah, dan alat pemantau emisi secara digital dan real-time. Semua teknologi ini diterapkan untuk memastikan bahwa smelter selalu memenuhi standar baku mutu lingkungan yang ketat.

Energi Hijau untuk Menyokong Keberlanjutan

Keunggulan lain dari smelter PT Ceria adalah bahwa seluruh pasokan listriknya berasal dari PLN UID Sulselrabar yang sudah mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC). Hal ini memastikan bahwa smelter ini beroperasi dengan menggunakan energi hijau, mendukung target dekarbonisasi nasional, serta mengurangi jejak karbon dalam proses produksi nikel. Roimon menambahkan, “Dengan penggunaan listrik hijau, produk nikel PT Ceria memiliki jejak karbon yang minimal, mendukung industri nikel berkelanjutan di Indonesia.”

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Luncurkan E-TRAPT, Inovasi Digital untuk Pajak Daerah

Prinsip Tambang Berkelanjutan

Tak hanya di sektor hilirisasi, PT Ceria juga menerapkan prinsip Good Mining Practice (GMP) di area tambangnya. Beberapa praktik yang diterapkan termasuk reklamasi lahan pascatambang, pengendalian erosi dan kualitas air, pemberdayaan masyarakat lokal, serta program kesehatan, pendidikan, dan UMKM. Roimon menegaskan komitmen perusahaan untuk membangun ekosistem industri nikel yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, dari tahap penambangan hingga produk hilir.

Menghadirkan Green Nickel untuk Ekonomi Hijau

Dengan teknologi efisiensi tinggi, penggunaan listrik hijau, dan komitmen pada lingkungan, PT Ceria bertujuan untuk memproduksi green nickel yang ramah lingkungan. Produk nikel ini mendukung ekonomi hijau dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri nikel berkelanjutan yang berbasis pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta Good Mining Practice.

“Dengan standar dan teknologi ini, PT Ceria siap menghasilkan produk nikel yang ramah lingkungan, mendukung ekonomi hijau, dan memperkuat posisi Indonesia dalam industri nikel berkelanjutan global,” kata Roimon.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img