Tangerang, 10 April 2025 – Potensi krisis ekonomi global kini datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Kebijakan tarif impor ala Presiden Donald Trump, yang memicu ketegangan dalam ekonomi global, menjadi salah satu faktor utama. Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, indeks saham Asia merosot, dan sentimen pasar internasional kembali bergejolak. Tak pelak, dampak dari ketegangan global ini terasa hingga tingkat lokal, termasuk di Yogyakarta.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, pada Januari 2025, nilai ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ke Amerika Serikat tercatat sebesar USD 17,43 juta, atau sekitar 40,2% dari total ekspor daerah tersebut. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan risiko penurunan ekspor menjadi tantangan besar, khususnya bagi para pelaku usaha di Yogyakarta.
Baca juga: Lewat 2.400 Inovasi, majoo Bantu 4 Juta UMKM Melek Digital Sepanjang 2024
Namun, Dr. Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom., M.M., anggota DPRD DIY, menegaskan bahwa di tengah gejolak ekonomi global ini, Yogyakarta tidak boleh hanya bersikap reaktif atau menjadi korban keadaan. Menurutnya, Yogyakarta harus bisa menjadi contoh daerah yang tangguh dengan memanfaatkan keunggulan budaya dan teknologi. Untuk itu, DIY harus memperkenalkan konsep Smart Culture, Digitalisasi, dan Smart Economy.
“Ini bukan saatnya kita hanya menunggu. Yogyakarta memiliki modal sosial dan budaya yang kuat, yang dapat menjadi kekuatan utama untuk mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan ekonomi daerah,” ungkap Dr. Raden Stevanus.
Baca juga: Tips Konten Kreator untuk Membangun Personal Branding yang Mengundang Perhatian Brand
Dr. Stevanus menyarankan agar Yogyakarta memperkuat ketangguhan ekonomi melalui tiga pilar utama: Budaya sebagai Daya Saing Ekonomi, Digitalisasi sebagai Akselerator UMKM, dan Smart Economy sebagai Kerangka Pembangunan DIY.
“Yogyakarta adalah kota budaya, yang produk-produknya telah terbukti laku di pasar ekspor. Budaya bukan hanya warisan, tetapi juga identitas ekonomi. Produk berbasis budaya memiliki nilai tambah yang tinggi, terutama di tengah tren global yang semakin menghargai keberlanjutan dan keunikan lokal,” jelas Dr. Stevanus.
Lebih lanjut, Dr. Stevanus mengungkapkan bahwa digitalisasi bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Untuk itu, dia mendorong percepatan transformasi digital di sektor UMKM, mulai dari pemasaran, sistem pembayaran, hingga pengelolaan data. “Langkah ini akan memperkuat daya saing pelaku usaha kecil menengah dan mempermudah mereka untuk masuk ke pasar global,” tegasnya.
Dr. Stevanus juga menyebutkan pentingnya penerapan konsep Smart Region/Province, yang lebih dari sekadar proyek teknologi, namun merupakan pendekatan pembangunan daerah berbasis data, inovasi, dan pelayanan publik yang adaptif. “Dengan fondasi ini, Yogyakarta bisa menciptakan ekosistem usaha yang tangguh, inklusif, dan berbasis kolaborasi antarsektor,” tambahnya.
Di tengah tekanan ekonomi global, Yogyakarta memiliki keunikan yang berbeda: ekonomi yang digerakkan oleh kreativitas, solidaritas sosial, dan nilai-nilai budaya yang kuat. Walau tantangan tetap ada, struktur sosial Yogyakarta diyakini dapat menjadi pendorong perubahan yang berpihak pada rakyat.
Kunci untuk menghadapi tantangan tersebut, menurut Dr. Stevanus, adalah sinergi antara pemerintah, DPRD, pelaku usaha, dan komunitas budaya. “Regulasi yang mempermudah, sistem yang efisien, serta dukungan yang tepat sasaran menjadi hal yang sangat diperlukan. Regulasi Yogyakarta Smart Region harus segera diterapkan,” jelasnya.
“DIY tidak perlu panik. Yang dibutuhkan adalah langkah strategis yang sinergis dan terukur. Dengan memaksimalkan kekuatan budaya, akselerasi digitalisasi, dan percepatan regulasi Yogyakarta Smart Region/Province, DIY tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga tumbuh dan memberi inspirasi bagi seluruh Indonesia,” tegas Dr. Raden Stevanus.
Sebagai penutup, Dr. Raden Stevanus menekankan, “Yogyakarta harus menjadi contoh. DIY bukan hanya daerah istimewa dalam nama, tetapi juga dalam cara menjawab perkembangan zaman. Dari Yogyakarta untuk Indonesia.”
Dengan semangat tersebut, Yogyakarta diharapkan dapat mengatasi krisis global dan bahkan menjadi pelopor dalam membangun ketangguhan ekonomi daerah yang berbasis pada budaya dan teknologi.