Tangerang, 15 Maret 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan dukungannya terhadap upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pembangunan beberapa kilang minyak baru dengan total kapasitas mencapai 1 juta barel per hari. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi dan memperkuat industri petrokimia nasional.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa proyek ini akan memberikan dampak positif bagi industri petrokimia Indonesia. “Kami sangat mendukung pembangunan refinery ini guna penguatan hulu di sektor petrokimia dalam rangka menuju substitusi impor, serta dapat berdampak positif pada penguatan nilai tambah dan investasi, hingga penyerapan tenaga kerja,” ujar Agus di Jakarta, Kamis (13/3).
Baca juga: Kolaborasi PTDI dan PT YPTI Tingkatkan Industri Kedirgantaraan
Pembangunan kilang minyak ini diharapkan dapat mengoptimalkan produksi nafta, yang merupakan bahan baku utama dalam industri petrokimia. Agus juga menyoroti pentingnya tata kelola minyak yang lebih baik untuk mendukung operasional kilang secara maksimal. “Kami mendukung upaya Kejaksaan Agung dalam melakukan pembenahan tata kelola minyak dalam negeri sehingga refinery yang ada di Indonesia bisa lebih optimal dalam menghasilkan BBM dan nafta,” jelasnya.
Saat ini, produksi nafta di dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan industri nasional. Dari enam kilang minyak yang ada, produksi nafta hanya mencapai 7,1 juta ton per tahun, sementara kebutuhan nasional mencapai 9,2 juta ton per tahun. Kekurangan ini menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor sekitar 2,1 juta ton nafta setiap tahun.
Menperin menekankan bahwa pembangunan kilang minyak baru akan menjadi game changer dalam industri petrokimia Indonesia. “Kami akan terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi terkait penambahan refinery ini. Pembangunan refinery ini akan tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk mendukung pemerataan industri dan investasi,” tambahnya.
Dengan meningkatnya produksi nafta dalam negeri, Indonesia berpotensi menghemat impor produk petrokimia hingga USD 9 miliar per tahun. Selain itu, industri petrokimia yang berkembang akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja serta memperkuat ketahanan industri farmasi yang sangat bergantung pada bahan baku petrokimia.
Salah satu lokasi yang diusulkan untuk pembangunan kilang baru adalah Tuban, Jawa Timur. Wilayah ini sudah memiliki infrastruktur industri yang kuat, termasuk pabrik petrokimia PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI). PT TPPI saat ini memiliki dua mode produksi, yakni petrokimia dan bahan bakar, namun belum memiliki fasilitas nafta menjadi olefin. Oleh karena itu, diperlukan pendirian olefin center yang berbahan baku nafta untuk meningkatkan integrasi industri petrokimia di kawasan tersebut.
Sejalan dengan rencana PT Pertamina dalam mengembangkan proyek Grass Root Refinery (GRR), kilang baru di Tuban akan menjadi pabrik terintegrasi yang mampu mengolah minyak mentah menjadi BBM serta produk petrokimia dengan nilai tambah tinggi. Hal ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri strategis.
Baca juga: Dekranas dan Kemenperin Sinergi Majukan Industri Kriya Nasional
Dengan pembangunan kilang minyak ini, Indonesia akan semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan industri petrokimia dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Selain itu, proyek ini diharapkan dapat mempercepat hilirisasi industri, meningkatkan investasi, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat.
Keberhasilan proyek ini tidak hanya akan memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri petrokimia global. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, masa depan industri petrokimia Indonesia semakin cerah.