Tangerang, 06 Maret 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau kinerja sektor industri dalam negeri di tengah tantangan ekonomi global. Dinamika ini berdampak pada perekonomian nasional, terutama sektor manufaktur yang menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan bahwa meskipun terjadi penutupan beberapa pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK), pemerintah tetap berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur. “Kami menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang terdampak PHK. Kemenperin terus berupaya mendorong industri baru untuk mulai berproduksi, sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja baru dan menjadi alternatif bagi pekerja yang terkena PHK,” ujar Agus dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (4/3).
Baca juga: UMKM Go Global dengan Fasilitas Ekspor Bea Cukai
Meski terjadi PHK di beberapa sektor, data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) menunjukkan bahwa pada tahun 2024 industri manufaktur berhasil menyerap 1.082.998 tenaga kerja baru. Angka ini jauh lebih besar dibanding jumlah pekerja yang terkena PHK di seluruh sektor ekonomi, yang tercatat sebanyak 48.345 orang menurut Kementerian Ketenagakerjaan.
Dengan demikian, sektor manufaktur justru menunjukkan kinerja positif dalam menciptakan lapangan kerja. Rasio penyerapan tenaga kerja baru terhadap jumlah PHK terus meningkat, dari 1:5 pada tahun 2022, menjadi 1:7 pada 2023, dan kini mencapai 1:20 di tahun 2024. Ini berarti setiap satu tenaga kerja yang mengalami PHK, sektor manufaktur mampu menyerap 20 tenaga kerja baru.
Menperin menjelaskan bahwa penutupan pabrik yang berujung pada PHK disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
- Penurunan permintaan ekspor akibat perlambatan ekonomi global.
- Kesalahan manajemen internal, yang mengakibatkan ketidakefisienan operasional.
- Strategi bisnis perusahaan induk yang ingin memindahkan produksi lebih dekat dengan pasar utama.
- Keterlambatan inovasi dan adopsi teknologi, yang membuat produk kurang kompetitif.
- Meningkatnya produk impor di pasar domestik, yang menyebabkan turunnya permintaan produk lokal.
- Kelangkaan bahan baku dan pelemahan daya beli masyarakat, yang turut mempengaruhi keberlangsungan industri.
Kemenperin terus memantau industri yang terdampak, terutama terkait kendala bahan baku dan adopsi teknologi, guna mencari solusi terbaik untuk meningkatkan daya saing manufaktur nasional.
Agus Gumiwang menegaskan bahwa penyelesaian isu PHK dan penutupan industri memerlukan kerja sama berbagai pihak. Kebijakan seperti safeguard, larangan terbatas (lartas), dan non-tariff barrier (NTB) dapat diterapkan untuk melindungi industri dalam negeri dari lonjakan produk impor.
Baca juga: Harga Daging Ayam Terkini dan Pasokan Jelang Puasa 2025
Dengan strategi yang tepat, sektor manufaktur diharapkan dapat terus tumbuh dan menjadi tulang punggung ekonomi nasional, sekaligus membuka lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat.
Meskipun terjadi PHK dan penutupan beberapa pabrik, industri manufaktur tetap menunjukkan pertumbuhan positif dengan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pemerintah berupaya meningkatkan investasi dan mencari solusi atas tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan bahan baku dan peningkatan daya saing produk lokal. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, sektor manufaktur dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam stabilitas ekonomi Indonesia.