Tangerang, 20 Februari 2025 – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk berkembang dan menembus pasar ekspor. Melalui berbagai program pendampingan, Pemprov Jabar bekerja sama dengan stakeholders untuk memastikan UMKM memiliki akses pembiayaan, manajemen produksi yang baik, strategi pemasaran yang efektif, serta pemahaman terhadap regulasi ekspor di negara tujuan.
Salah satu upaya nyata dilakukan melalui kerja sama dengan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) dan Bank Mandiri. Kolaborasi ini bertujuan memberikan pendampingan kepada UMKM agar dapat bersaing di pasar global.
Baca juga: Industri Halal Indonesia Melesat Manfaatkan Kesempatan Ini
Sebanyak 71 eksportir asal Jawa Barat berkumpul dalam acara Gathering Eksportir Jawa Barat yang digelar di Mandiri University Campus Bandung, Jalan Soekarno Hatta, pada Senin (17/2/2025). Dari jumlah tersebut, 41 eksportir berasal dari skala perusahaan, sementara 30 lainnya merupakan UMKM yang telah sukses menembus pasar ekspor.
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, dalam kesempatan tersebut mengapresiasi peran besar para eksportir dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Bey, nilai ekspor Jawa Barat pada tahun 2024 mencapai USD 37,87 miliar, menjadikannya provinsi dengan nilai ekspor tertinggi di Indonesia.
“Jawa Barat mencatat nilai ekspor tertinggi, serta nilai investasi terbesar yang mencapai Rp 251,1 triliun. Ini semua berkat kerja keras para eksportir,” ujar Bey.
Bey juga mengapresiasi langkah eksportir besar yang bersedia membantu UMKM untuk naik kelas dan memperluas pasar mereka hingga ke luar negeri.
Dalam acara tersebut, Bey sempat berbincang dengan Ratna, seorang pelaku UMKM kuliner yang berhasil mengekspor produk basreng (baso goreng) ke Malaysia. Keberhasilannya tak lepas dari asistensi yang diberikan Pemprov Jabar melalui program Coaching Program for New Exporter (CPNE) yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) – Eximbank.
“Alhamdulillah, produk saya, basreng, berhasil diekspor ke Malaysia. Kemarin sudah sampai 80 bungkus,” ungkap Ratna dengan penuh syukur.
Ratna menjelaskan bahwa ekspor dilakukan secara kolektif melalui skema offtaker, yang memungkinkan UMKM seperti dirinya untuk mengurangi biaya pengiriman dan mendapatkan akses pasar yang lebih luas.
“Kalau berangkat sendiri, biaya ekspor mahal. Berkat bantuan LPEI, produk saya bisa dipasarkan secara kolektif, dicarikan pembeli, dan disesuaikan dengan kebutuhan di negara tujuan,” tambahnya.
Sebagai pelaku UMKM yang telah sukses menembus pasar global, Ratna memberikan motivasi kepada pelaku usaha lainnya.
“Jangan takut untuk mencoba! Kalau ada kemauan, pasti bisa. Saya juga dulu hanya pengusaha kecil, tapi sekarang bisa ekspor,” pesannya.
Keberhasilan para pelaku UMKM seperti Ratna menunjukkan bahwa dengan pendampingan yang tepat, usaha kecil dapat berkembang dan berdaya saing di kancah internasional. Pemprov Jabar terus berkomitmen untuk memberikan pelatihan, akses pasar, serta pendanaan agar lebih banyak UMKM mampu menembus pasar global.
Baca juga: Ekspor 15.268 Tas dan Koper ke Belgia Asal Semarang
Dengan meningkatnya jumlah UMKM yang sukses melakukan ekspor, diharapkan ekonomi Jawa Barat semakin kuat dan kompetitif, serta mampu mempertahankan posisinya sebagai provinsi dengan nilai ekspor tertinggi di Indonesia.