Tangerang, 19 Februari 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengumumkan bahwa kelompok komoditas ekspor terbesar NTB pada Januari 2025 adalah perhiasan dan permata. Nilai ekspor komoditas ini mencapai US$ 1.140.064 atau sebesar 29,32 persen dari total ekspor NTB.
Kepala BPS Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, dalam rilis resmi yang disampaikan di Aula Tambora BPS NTB pada Senin (18/02/2025), menjelaskan bahwa selain perhiasan dan permata, beberapa komoditas lain juga berkontribusi besar dalam ekspor NTB. Di antaranya adalah daging dan ikan olahan senilai US$ 965.532 (24,83 persen), buah-buahan US$ 851.243 (21,89 persen), ikan dan udang US$ 729.983 (18,77 persen), garam, belerang, dan kapur US$ 110.193 (2,83 persen), serta biji-bijian berminyak US$ 40.884 (1,05 persen).
Baca juga: Revisi UU Minerba Perkuat Peran Koperasi di Sektor Tambang
Pada Januari 2025, total nilai ekspor NTB tercatat sebesar US$ 3,89 juta. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 97,12 persen dibandingkan Desember 2024. Jika dibandingkan dengan Januari 2024, ekspor mengalami penurunan sebesar 97,89 persen. Wahyudin menjelaskan bahwa penurunan ini terjadi karena ekspor bahan mentah galian/non-migas, khususnya dari PT Amman Mineral, telah dihentikan sejak Desember 2024. Hal ini sejalan dengan kebijakan pengolahan bahan mentah di dalam negeri melalui pembangunan smelter, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan perekonomian NTB.
Negara tujuan utama ekspor NTB pada Januari 2025 adalah Amerika Serikat dengan kontribusi sebesar 28,88 persen, diikuti oleh Jepang (21,24 persen) dan Vietnam (20,75 persen).
Selain ekspor, nilai impor NTB pada Januari 2025 juga mengalami penurunan. Total impor tercatat sebesar US$ 38,12 juta, turun 51,74 persen dibandingkan Desember 2024 yang mencapai US$ 78,99 juta.
Negara asal impor terbesar pada Januari 2025 adalah Singapura dengan kontribusi 23,55 persen, disusul oleh Australia (19,93 persen), Tiongkok (14,43 persen), Jepang (13,37 persen), dan Pakistan (10,92 persen).
Kelompok komoditas impor terbesar pada Januari 2025 meliputi mesin-mesin/pesawat mekanik (53,68 persen), gandum-ganduman (19,40 persen), karet dan barang dari karet (13,31 persen), mesin/peralatan listrik (9,23 persen), kendaraan dan bagiannya (2,26 persen), serta berbagai produk kimia (0,89 persen).
Baca juga: Manfaat Perdagangan Karbon dalam Mendukung Keberlanjutan
Dengan adanya perubahan kebijakan ekspor dan impor ini, diharapkan NTB dapat meningkatkan nilai tambah produk lokal melalui hilirisasi industri serta memperkuat struktur ekonomi daerah.