Tangerang, 15 Februari 2025 – Transformasi bisnis sawit berkelanjutan semakin menjadi perhatian utama bagi negara-negara produsen minyak sawit, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan produksi sawit terbesar, Indonesia memiliki visi besar dalam mendukung sektor energi dan pangan melalui pengembangan industri sawit. Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo juga menargetkan pembukaan lahan hingga 20 juta hektar untuk memenuhi kebutuhan sawit dan food estate, yang diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Shopee Dukung UMKM Indonesia dengan Program Kelas Online Gratis
Namun, di tengah upaya meningkatkan produktivitas, industri sawit dihadapkan pada tantangan besar dalam menerapkan praktik bisnis hijau dan berkelanjutan. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengungkapkan bahwa meningkatnya kebutuhan minyak sawit sebagai bahan pangan dan bahan bakar, seperti implementasi kebijakan B40, membuat pemerintah harus mendorong peningkatan produktivitas sawit. “Jika tidak, jatah untuk pangan akan dikurangi,” jelas Sudaryono dalam Gelaran The 7th International Conference on Oil Palm & Environment (ICOPE) 2025 di Bali, Rabu (12/2).
Sudaryono menegaskan pentingnya keseimbangan antara meningkatkan produktivitas sawit dan tetap memperhatikan kesejahteraan petani. Pemerintah mendorong perusahaan swasta dan BUMN untuk lebih memperhatikan pengembangan dan pembinaan petani sawit agar dapat memperkuat keberlanjutan sektor ini. “Sawit itu bisnis yang menguntungkan, namun kesejahteraan petani harus tetap menjadi prioritas,” kata Sudaryono.
Baca juga: Telkom Gelar Webinar untuk Perkuat Bisnis UKM di Era Digital
Di sisi lain, pengembangan industri sawit juga memerlukan perhatian terhadap kelestarian lingkungan. Muchamad Saparis Soedarjanto, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekologi dengan melihat sawit dan hutan sebagai satu kesatuan yang saling mendukung. Pertumbuhan industri sawit yang mencapai 1,25% per tahun memerlukan perhatian untuk menjaga kawasan hutan agar tetap lestari.
Sementara itu, Franky Oesman Widjaja, Chairman & CEO Sinar Mas Agribusiness and Food, menyoroti peran penting sawit dalam ketahanan pangan global. “Minyak sawit menghidupi sekitar 176 juta orang dan berkontribusi 40% untuk pasokan minyak sayur dunia. Sawit juga memproduksi minyak empat hingga sepuluh kali lebih banyak dibandingkan tanaman nabati lainnya, yang menjadikan sawit sebagai sektor penting untuk ketahanan pangan dan energi, baik bagi Indonesia maupun dunia,” kata Franky.
Namun, meskipun industri sawit telah cukup baik dalam menerapkan praktik berkelanjutan, para petani swadaya masih menghadapi berbagai kendala, terutama dalam memenuhi standar sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kepala Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University, Damayanti Buchori, menyatakan bahwa petani swadaya membutuhkan bantuan finansial untuk memenuhi sertifikasi RSPO yang cukup mahal. “Skema finansial yang mendukung petani swadaya sangat penting untuk mewujudkan bisnis berkelanjutan,” ungkap Damayanti.
Menurut Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia, Dewi Lestari Yani Rizki, lebih dari 40% perkebunan sawit dikelola oleh petani swadaya, yang memiliki peran krusial dalam mendorong kontribusi sawit nasional. Ke depan, kapasitas petani swadaya diprediksi akan menjadi kunci dalam transformasi agroekologi Indonesia pada 2050.
Untuk itu, Sinar Mas Agribusiness and Food pun berkomitmen mendukung petani swadaya melalui berbagai program pengembangan desa yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kami fokus untuk membantu petani agar dapat berkembang, mengadopsi bahan baku yang lebih baik, memperoleh akses keuangan, serta meningkatkan produktivitas mereka,” kata Anita Neville, Chief Sustainability and Communications Officer Sinar Mas Agribusiness and Food.
Dengan dukungan berbagai pihak, diharapkan industri sawit Indonesia dapat mencapai keseimbangan antara peningkatan produktivitas, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan petani, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri sawit global.