Tangerang, 21 Januari 2025 – Di tengah kemajuan teknologi, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum sepenuhnya menerapkan digitalisasi dalam kegiatan usaha mereka. Padahal, digitalisasi menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing UMKM di era ekonomi modern yang serba digital.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan bisnis mereka. Ryan Daddy Setyawan, Dosen Program Studi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB), mengungkapkan bahwa sebagian besar UMKM di daerah ini masih berada dalam tahap adaptasi terhadap digitalisasi. Menurutnya, meskipun belum ada data pasti mengenai persentase UMKM yang siap menerapkan digitalisasi secara penuh, digitalisasi telah menjadi tren yang tak terhindarkan untuk meningkatkan keberlanjutan usaha.
Baca juga: Pelaku UKM Alor Belajar Desain dan Video Promosi di Era Digital
Sebagai upaya mempermudah akses informasi dan peluang digital bagi pelaku UMKM, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung meluncurkan program “Si-Dulang Babel,” sebuah sistem informasi data tunggal UMKM. Program ini bertujuan untuk menyatukan informasi UMKM agar lebih mudah diakses dan dipergunakan oleh pelaku usaha untuk memanfaatkan teknologi digital.
Namun, Ryan mencatat bahwa pengetahuan digital yang terbatas menjadi hambatan utama bagi sebagian pelaku UMKM. Banyak dari mereka yang belum familiar dengan aplikasi e-commerce, pemasaran digital, atau sistem pembayaran online. “Masih banyak yang belum memahami cara menggunakan platform e-commerce atau bahkan aplikasi untuk memasarkan produk mereka secara online,” kata Ryan pada Sabtu (18/1/2025).
Baca juga: Tukar Minyak Jelantah Jadi Uang Rp6.000 per Liter
Selain masalah pengetahuan digital, akses internet yang terbatas di daerah terpencil juga menjadi kendala besar dalam proses digitalisasi UMKM. Di beberapa wilayah pedesaan, akses internet yang stabil dan cepat masih sangat terbatas, sehingga pelaku UMKM kesulitan untuk mengakses teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas bisnis mereka.
Selain itu, keterbatasan modal juga menjadi faktor penghambat. Proses digitalisasi memang membutuhkan biaya, seperti untuk membeli perangkat digital, membangun situs web, atau melakukan kampanye pemasaran online. Meskipun Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah membantu banyak UMKM, dana tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk mendukung digitalisasi.
Ryan menambahkan bahwa untuk mempercepat proses digitalisasi, beberapa hal perlu diperhatikan, seperti meningkatkan pengetahuan dan keterampilan digital bagi pelaku UMKM serta memperbaiki infrastruktur internet, khususnya di daerah terpencil. “Penting untuk memperluas akses internet bagi UMKM di pedesaan, agar mereka dapat bersaing di pasar digital,” jelasnya.
Dengan berbagai tantangan yang ada, Ryan optimistis bahwa melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku UMKM, dan masyarakat, UMKM Bangka Belitung akan mampu bertransformasi menjadi lebih kompetitif di pasar global pada tahun 2025. “Digitalisasi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan. Kolaborasi semua pihak menjadi kunci untuk mewujudkan ekosistem bisnis digital yang sukses di Bangka Belitung,” tutupnya.
Melalui langkah inovatif yang tepat, UMKM di Bangka Belitung diharapkan dapat memanfaatkan teknologi digital secara optimal untuk meningkatkan daya saing mereka, serta memperluas peluang usaha di tingkat nasional maupun internasional.