BUMN Energi Perkenalkan Struktur Baru untuk Hadapi Tantangan Global

Tangerang, 15 Januari 2025 – Memasuki tahun 2025, sejumlah perubahan signifikan terjadi di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya di sektor energi. Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan bahwa perubahan nama sejumlah BUMN tidak hanya bertujuan untuk memperbarui nomenklatur kelembagaan, tetapi juga untuk memperkenalkan budaya kerja baru yang lebih adaptif menghadapi persaingan global. Langkah ini menjadi bagian dari upaya menyongsong tantangan ekonomi yang semakin kompleks.

Salah satu perubahan besar terjadi di PT Pertamina (Persero), di mana perusahaan energi terbesar di Indonesia ini merombak susunan direksi mereka. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada Jumat, 27 Desember 2024, Kementerian BUMN memutuskan untuk memangkas jumlah direktur Pertamina dari 11 menjadi hanya enam, termasuk posisi Direktur Utama yang tetap dijabat oleh Nicke Widyawati. Perampingan ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi, meningkatkan fokus bisnis, dan mempermudah pengambilan keputusan.

Baca juga: Tantangan dan Peluang UMKM Indonesia di Tahun 2025

Salah satu perubahan yang cukup mencolok adalah penghapusan posisi Direktur Hulu, yang selama ini bertanggung jawab terhadap sektor migas. Ke depannya, bisnis hulu migas akan berada di bawah koordinasi Direktur Utama dengan model sub holding. Dengan komposisi yang lebih ramping, Kementerian BUMN berharap Pertamina dapat lebih fokus pada pengembangan bisnisnya tanpa terlalu banyak terlibat dalam operasional anak usaha.

Di sisi lain, perubahan ini juga sejalan dengan upaya Pertamina untuk menghadapi tantangan transformasi energi global, khususnya melalui inovasi hijau. Pakar investasi asal Amerika, Joseph Carlos, dalam bukunya Green Innovation Vs Death Corporate (2022) menekankan bahwa hanya perusahaan yang mampu konsisten berinovasi hijau yang akan bertahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sektor energi di Indonesia, terutama BUMN, perlu mengarahkan perhatian lebih pada pengembangan energi baru terbarukan untuk menciptakan keberlanjutan.

Baca juga: Pameran Bisnis UC 2025 Tampilkan Inovasi yang Bentuk Masa Depan Hijau

Namun, kritikan terhadap BUMN energi, khususnya Pertamina, muncul dari pengamat energi Fahmi Radhi, yang menilai kinerja Pertamina selama era kepemimpinan Nicke Widyawati tidak mencerminkan progres yang signifikan. Fahmi menyebutkan bahwa produksi di beberapa sumur terminasi dan pembangunan kilang minyak, seperti Kilang Cilacap dan Kilang Bontang, tidak menunjukkan perkembangan yang memadai. Hal ini memperlihatkan adanya kelemahan dalam eksekusi program-program penting yang dapat mengurangi defisit neraca migas Indonesia.

Sejalan dengan itu, ada harapan besar agar BUMN lebih serius dalam mengembangkan inovasi hijau dan memperkuat riset energi terbarukan. Saat ini, ada sekitar 29 program energi baru terbarukan yang masih mangkrak meskipun telah menghabiskan dana triliunan rupiah. Jika riset-riset ini dapat dieksekusi dengan lebih baik, dipastikan Indonesia akan memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah dan dapat bersaing secara global.

Dalam menghadapi tahun 2025, Kementerian BUMN berharap perubahan nama dan perampingan struktur direksi ini dapat mengarah pada efisiensi dan fokus yang lebih tajam, serta mendorong perusahaan-perusahaan plat merah untuk lebih kompetitif di pasar global, terutama melalui inovasi hijau yang berkelanjutan. Ke depan, diharapkan BUMN energi dapat lebih fokus pada pengembangan sumber daya alam yang ramah lingkungan dan inovasi teknologi yang berorientasi pada keberlanjutan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img