Tangerang, 25 November 2024 – Pertumbuhan ekonomi selalu berkaitan erat dengan siklus kehidupan manusia, mencakup berbagai faktor seperti inflasi dan jumlah uang beredar sebagai komponen utama. Indikator ini sering digunakan untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan ekonomi dalam hal ini kaitannya dengan UMKM.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia mampu menyerap sekitar 97% tenaga kerja, menyumbang 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta berkontribusi 14,4% terhadap ekspor nasional. Proporsi serapan tenaga kerja UMKM Indonesia menjadi yang terbesar di ASEAN, jauh melampaui negara-negara tetangga yang hanya berkisar 35%-85%.
Baca juga: Kontroversi Retribusi Kantin Sekolah: Siapa yang Diuntungkan?
Jumlah uang beredar mencerminkan likuiditas yang tersedia di masyarakat dan digunakan dalam berbagai transaksi ekonomi. Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengatur pertumbuhan uang beredar berdampak langsung pada daya beli masyarakat dan likuiditas pasar. Hal ini pada akhirnya memengaruhi konsumsi dan investasi, termasuk permintaan terhadap produk UMKM.
Secara teori, peningkatan uang beredar dapat mendukung pertumbuhan UMKM dengan meningkatkan permintaan barang dan jasa. Namun, dampaknya tidak selalu linier karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti inflasi, kestabilan ekonomi, dan kebijakan pemerintah.
Meski peningkatan daya beli masyarakat menciptakan peluang bagi UMKM, banyak pelaku usaha menghadapi hambatan seperti keterbatasan akses pembiayaan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan dalam menghasilkan laporan keuangan yang memadai, yang menjadi syarat penting untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan.
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Bank Indonesia terus mendukung pengembangan UMKM melalui kebijakan peningkatan akses keuangan. BI juga mendorong pengembangan UMKM binaan dengan fokus pada peningkatan kapasitas manajerial, inovasi, dan kualitas sumber daya manusia. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM di pasar domestik dan global.
Baca juga: Daftar NIB Kini Semudah Klik, UMKM Wajib Tahu!
Apakah peningkatan uang beredar dapat mendorong perkembangan UMKM? Jawabannya bergantung pada kemampuan UMKM untuk beradaptasi dengan perubahan pasar serta dukungan kebijakan yang tepat. Stabilitas ekonomi, digitalisasi, dan penguatan akses pembiayaan menjadi elemen kunci untuk memastikan pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan.
Untuk memaksimalkan manfaat dari pertumbuhan uang beredar, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku UMKM. Dengan menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif, UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian Indonesia, baik di tingkat domestik maupun global.