Tangerang, 07 November 2024 – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan Oktober 2024 mencapai 0,08 persen (month-to-month/mtm), mengakhiri tren deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei. Dengan capaian ini, inflasi tahunan (year-on-year/yoy) tercatat pada 1,71 persen, masih dalam target Bank Indonesia yang berada di kisaran 1,5-3,5 persen.
Kenaikan inflasi ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat berangsur pulih setelah penurunan harga secara terus-menerus dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, tren deflasi di Indonesia tercatat sebesar 0,03 persen (Mei), 0,08 persen (Juni), 0,18 persen (Juli), 0,03 persen (Agustus), dan 0,12 persen (September). Ekonom menyebut tren deflasi ini sempat menjadi kekhawatiran terkait melemahnya daya beli masyarakat.
Baca juga: Industri Nonmigas: Pendorong Utama Perekonomian Indonesia
Namun, data menunjukkan bahwa inflasi inti tetap stabil dan tumbuh positif dalam periode yang sama. Pada Oktober 2024, inflasi inti tercatat tumbuh 0,22 persen secara bulanan dan mencapai 2,21 persen secara tahunan. Inflasi inti ini mengabaikan komponen harga yang fluktuatif seperti makanan dan energi, sehingga lebih menggambarkan tekanan inflasi yang mendasar dalam perekonomian.
Inflasi inti yang tetap tumbuh meskipun ada tren deflasi menunjukkan adanya permintaan kuat pada sektor-sektor tertentu, seperti jasa dan barang non-fluktuatif, yang tetap bertahan di tengah tekanan harga. Fenomena ini mengindikasikan bahwa ekspektasi inflasi di kalangan konsumen dan pelaku usaha masih positif. Bank Indonesia dapat menggunakan data inflasi inti ini sebagai dasar dalam menentukan kebijakan moneternya, agar kebijakan yang diambil tetap relevan dengan kondisi ekonomi.
Pada Oktober lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen. Keputusan ini sejalan dengan arah kebijakan untuk menjaga inflasi di kisaran 2,5 persen ± 1 persen hingga 2025. Dengan berakhirnya deflasi, bank sentral kini dapat lebih fokus pada kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa harus khawatir pada risiko penurunan harga yang berkepanjangan.
Menjaga tingkat inflasi yang stabil adalah kunci untuk melindungi daya beli masyarakat. Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk memastikan harga barang dan jasa terkendali agar masyarakat tetap mampu memenuhi kebutuhan mereka. Bank Indonesia menggunakan instrumen kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas harga, sementara pemerintah melalui program perlindungan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan dukungan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan stabilitas harga pangan melalui operasi pasar dan pengaturan impor komoditas. Insentif untuk pelaku UMKM juga diberikan untuk mendorong investasi dan penciptaan lapangan kerja, sehingga turut membantu menjaga daya beli masyarakat.
Baca juga: Rp209,84 Triliun Telah Disalurkan untuk UMKM
Kolaborasi antara otoritas fiskal dan moneter sangat penting untuk mencapai stabilitas ekonomi yang berkelanjutan. Dengan kebijakan yang saling mendukung, diharapkan daya beli masyarakat dapat terus meningkat, menciptakan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif.Â
Berakhirnya deflasi pada Oktober menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi, sementara target inflasi yang moderat diharapkan akan mendorong konsumsi dan investasi jangka panjang, memperkuat kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.