Tangerang, 21 Oktober 2024 – Ridwan, seorang pengusaha yang memulai perjalanan bisnisnya di industri arang sejak tahun 2016, kini dikenal sebagai salah satu pemain terkemuka dalam ekspor briket arang kelapa. Ia memulai bisnisnya sebagai perantara penjualan arang batok kelapa ke restoran-restoran, berkat koneksi dari tetangganya yang juga berdagang arang. Awalnya, Ridwan tidak langsung terjun ke pasar dengan metode konvensional, melainkan melalui platform Google Business yang membantunya memperoleh pesanan dari restoran lokal. Tak disangka, pesanan pertamanya datang dari luar negeri dalam bentuk satu kontainer penuh Ekspor Briket Arang Kelapa, membuka peluang bisnis ekspor yang lebih besar.
Pada tahun 2021, Ridwan berkenalan dengan Fauzan, pemilik Taiba Cococha Indonesia, produsen briket arang kelapa dengan fokus pada dua tipe utama, yakni untuk shisha dan barbeque. Ridwan terkesan dengan kesuksesan Taiba Cococha yang tiba-tiba melampaui eksposur pemain besar lainnya di industri arang. Dari sinilah, hubungan bisnis antara Ridwan dan Fauzan mulai terbentuk, di mana Ridwan yang memiliki banyak koneksi di pasar membantu Taiba memperluas jangkauan pasarnya.
Baca Juga: PLN Hadir di INACRAFT 2024 Bawa 15 UKM Binaan dan 6 Rumah BUMN
Ridwan menjelaskan bahwa bisnis arang kelapa di Indonesia sangat potensial karena Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia, menyumbang sekitar 30% dari produksi global. Meski demikian, Ridwan menyadari bahwa perbedaan budaya dan iklim antarnegara membuat arang lebih populer di luar negeri, terutama di negara-negara dengan musim panas, di mana penggunaan arang untuk barbeque meningkat signifikan.
Meski sukses, Ridwan tidak luput dari tantangan. Ia pernah mengalami kerugian besar saat Ekspor Briket Arang Kelapa senilai ratusan karung ditipu oleh pembeli yang tidak bertanggung jawab. Pengalaman ini memberinya pelajaran penting bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Baginya, tidak ada uang yang benar-benar hilang dalam bisnis, melainkan sebuah investasi dalam pengetahuan dan pengalaman.
Ridwan juga menyoroti masalah ketidaktahuan para penyuplai bahan baku di lapangan yang sering kali tidak memahami spesifikasi teknis yang diminta pabrik, sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Banyak penyuplai yang tidak sengaja mengirimkan produk dengan kualitas yang tidak sesuai karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang standar industri. Oleh karena itu, Ridwan menekankan pentingnya pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan pasar agar penyuplai dapat meningkatkan kualitas produk mereka.
Dalam kesuksesannya, Ridwan tetap rendah hati dan selalu mengingatkan pentingnya bersyukur dan menjaga keikhlasan dalam menjalani usaha. Baginya, setiap langkah dalam bisnis, baik yang berhasil maupun yang gagal, adalah bagian dari proses yang harus dinikmati.