Menperin Tegaskan Industri Tekstil Indonesia Bukan Lagi Sunset Industry

Tangerang, 30 Oktober 2025 – Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia siap menjadi mitra strategis sekaligus pusat inovasi dan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di kancah global. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidatonya pada acara ITMF & IAF World Fashion Convention Annual Conference 2025 yang berlangsung di Yogyakarta, Jumat (24/10).

“Indonesia hadir bukan sekadar sebagai tuan rumah, tetapi sebagai mitra strategis yang siap berperan aktif dalam memajukan industri tekstil global. Sektor TPT Indonesia telah terbukti tangguh, adaptif, dan kompetitif di tengah ketidakpastian global,” ujar Menperin Agus.

Baca juga: Kemenperin Luncurkan Strategi Baru Industrialisasi Menuju Indonesia Emas 2045

Menperin menekankan bahwa industri tekstil Indonesia tidak lagi dapat disebut sebagai sunset industry. Hal ini ditunjukkan melalui pertumbuhan industri TPT sebesar 5,39% dalam periode Triwulan IV 2024 hingga Triwulan II 2025, dengan kontribusi terhadap PDB nasional mencapai 0,98%. Menurutnya, pertumbuhan tersebut merupakan bukti bahwa industri TPT tetap memiliki daya dorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan, Kementerian Perindustrian menerapkan sejumlah kebijakan strategis. Pertama, melalui penyederhanaan proses perizinan usaha berbasis risiko melalui sistem OSS yang telah diperbarui, pemerintah berupaya memberikan kemudahan dan kepastian investasi. Kedua, program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan TPT dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi, di mana program tersebut telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi energi sekaligus memperluas penyerapan tenaga kerja.

Selanjutnya, pemerintah juga menyalurkan skema Kredit Industri Padat Karya dengan anggaran hingga Rp20 triliun pada tahun 2025 untuk mendukung ekspansi industri dan menjaga tingkat penyerapan tenaga kerja. Selain itu, fasilitas masterlist impor barang modal turut diberikan untuk mendukung keberlangsungan produksi. Pemerintah juga menghadirkan berbagai insentif fiskal, seperti tax holiday, tax allowance, investment allowance, hingga super deduction tax bagi perusahaan yang berinvestasi dalam riset dan pendidikan vokasi.

Daya saing TPT Indonesia tercermin dalam capaian ekspor, terutama ke Amerika Serikat. Produk pakaian rajutan Indonesia (HS 61) tercatat sebagai komoditas surplus perdagangan terbesar kedua dengan nilai ekspor mencapai USD 1,86 miliar, mengungguli ekspor alas kaki. Di tingkat global, Indonesia berada pada posisi lima besar produsen tekstil paling efisien, dengan biaya produksi yang bersaing dibandingkan negara-negara besar seperti Tiongkok, India, hingga Turki.

“Angka-angka tersebut merupakan bukti daya saing global Indonesia dan menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan industri di masa mendatang. Indonesia siap menjadi pusat inovasi, manufaktur, dan pertumbuhan tekstil global,” tegas Menperin Agus.

Baca juga: Kementerian UMKM dan ADKASI Perkuat Sinergi Penyaluran KUR di Kabupaten

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa, juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah atas upaya konsisten memperkuat kebijakan untuk industri padat karya. Ia menilai konferensi ini menjadi momentum penting bagi pelaku industri dunia untuk berkolaborasi dan menjalin sinergi menghadapi dinamika global.

Dengan langkah kebijakan yang tepat, dukungan industri yang solid, dan keunggulan daya saing, Indonesia kini menegaskan perannya sebagai pemain utama dalam lanskap industri tekstil global menuju era pertumbuhan berkelanjutan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img