Tangerang, 15 September 2025 – Kabupaten Karawang yang sempat tercatat sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi di Jawa Barat pada 2021, kini mulai menunjukkan perbaikan melalui pengembangan sektor agroindustri. Salah satu komoditas yang berkembang pesat adalah budidaya jamur merang.
Namun, di balik peluang tersebut, para petani menghadapi tantangan besar berupa tingginya biaya operasional yang kerap membebani usaha mereka. Hal ini disampaikan oleh Ikin, Ketua Kelompok Tani Tirta Makmur Dusun Tanjung Jata, Desa Muara, Cilamaya Wetan, Karawang.
Baca juga: Indonesia Percepat Praktik Bisnis Hijau Demi Industri Berkelanjutan
“Permintaan jamur merang meningkat, tapi biaya operasional terlalu tinggi sehingga belum menutup biaya produksi,” ujarnya.
Melihat kendala ini, Pertamina hadir melalui program Desa Energi Berdikari (DEB) yang memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mendukung pertanian terintegrasi di Desa Muara. Program ini tidak hanya menekan biaya produksi, tetapi juga memberi manfaat luas bagi masyarakat sekitar.
Pada September 2024, Pertamina memperkenalkan PLTS berkapasitas 2,2 kWp dengan baterai 5 kWh yang digunakan untuk pompa air budidaya jamur, penetasan telur ayam, dan penerangan. Kemudian pada Juli 2025, kapasitas PLTS ditingkatkan menjadi 6,6 kWp dengan baterai 15 kWh. Peningkatan ini berhasil menghemat biaya listrik hingga Rp13,9 juta per tahun, sekaligus dinikmati oleh 1.200 warga Desa Muara.
Selain efisiensi biaya, penggunaan energi terbarukan ini juga berkontribusi pada penurunan emisi 8,58 ton CO2eq per tahun. “Kami sangat bersyukur dengan dukungan Pertamina. PLTS membuat biaya listrik lebih hemat, bahkan kelebihan daya bisa dipakai untuk usaha lain,” kata Ikin.
Kelompok Tani Tirta Makmur kini menerapkan pertanian terintegrasi, memanfaatkan PLTS untuk berbagai usaha, mulai dari budidaya jamur merang, jambu kristal, mangga, cabai rawit, hingga ternak ayam kampung dan produksi kompos organik.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen menghadirkan energi bersih yang berdampak langsung pada perekonomian masyarakat. “Melalui DEB, kami mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, mengurangi emisi, sekaligus mengatasi ketimpangan akses energi di desa,” ujarnya.
Hingga kini, Pertamina telah mengembangkan 176 Desa Energi Berdikari di seluruh Indonesia, dengan 70 persen berada di luar Jawa. Program ini telah memberi manfaat bagi 186.316 penerima, termasuk penyandang disabilitas, menghasilkan listrik terbarukan sebesar 757.759 Watt Peak, mengurangi 729.808 ton CO2eq per tahun, serta menciptakan nilai ekonomi masyarakat desa hingga Rp3,7 miliar per tahun.
Baca juga: PLN dan Lapas Nusakambangan Kolaborasi Berdayakan Warga Binaan Lewat Pengelolaan FABA
Program DEB merupakan bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina yang sejalan dengan Asta Cita Presiden RI poin ke-6: membangun desa dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, program ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) serta agenda nasional menuju Net Zero Emission 2060.
Dengan langkah nyata ini, Pertamina tidak hanya menghadirkan energi bersih, tetapi juga memperkuat peran desa sebagai motor penggerak ekonomi berkelanjutan di Indonesia.