Tangerang, 30 Juni 2025 – Kesadaran global akan dampak lingkungan dari tren fast fashion mendorong transformasi besar dalam industri fesyen. Di Indonesia, kekayaan wastra dan budaya tekstil tradisional menjadi modal kuat dalam membangun industri fesyen yang tidak hanya bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga berkelanjutan dan bermakna secara sosial.
Merespons tren ini, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) secara aktif menginisiasi program-program transformasi bagi pelaku IKM fesyen dan kriya berbasis budaya lokal.
Baca juga: UMKM Indonesia Jadi Contoh Ekonomi Kreatif Inklusif
“Konsep sustainability tidak hanya menjadi tuntutan pasar, tetapi juga strategi penting untuk memperkuat daya saing pelaku IKM di sektor fesyen,” kata Dirjen IKMA, Reni Yanita, dalam keterangannya, Sabtu (28/6).
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah penyelenggaraan webinar berseri bertema “Sustainability: Membangun IKM Wastra Berkonsep Slow Fashion” pada 19–21 Juni 2025. Kegiatan ini digelar oleh Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) sebagai bagian dari rangkaian Road to HUT ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
Webinar ini bertujuan memberikan pengetahuan dan strategi kepada pelaku IKM wastra dalam mengadopsi konsep slow fashion, yang mengedepankan produksi etis, bertanggung jawab, dan ramah lingkungan. “Slow fashion menekankan kualitas, etika, dan keberlanjutan, sejalan dengan semangat wastra nusantara yang menjunjung nilai kearifan lokal dan kreativitas,” ujar Reni.
Ia juga menyoroti bahwa industri fesyen global menyumbang emisi karbon tinggi dan konsumsi sumber daya besar. Karena itu, Indonesia perlu membangun industri fesyen yang adaptif terhadap tren keberlanjutan tanpa meninggalkan akar budaya.
Menurut survei Jakpat tahun 2022, Generasi Z menunjukkan minat besar pada fesyen vintage dan circular fashion. Hal ini menjadi peluang strategis bagi IKM fesyen untuk menghadirkan produk yang tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga etis dan ekologis.
Kepala BPIFK, Dickie Sulistya, menyatakan bahwa webinar ini menjadi contoh kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha dalam membangun ekosistem IKM fesyen yang inovatif, inklusif, dan berbasis budaya lokal. Ia juga menegaskan pentingnya kemampuan IKM dalam beradaptasi dengan tren global dan selera konsumen modern.
“BPIFK hadir sebagai UPT yang mendukung pelaku IKM melalui pelatihan, inkubasi, dan promosi, agar produk mereka tidak hanya unggul secara estetika, tetapi juga mengusung nilai global,” jelas Dickie.
Tiga topik strategis diangkat dalam webinar, yaitu:
-
Mengintip Masa Depan dari Potensi Pasar Industri Fesyen Wastra
-
Cintai Bumi Lestarikan Budaya
-
Melebarkan Sayap IKM Fesyen Wastra ke Pasar Global
Baca juga: 21,9 Juta Perempuan Prasejahtera Dibina, UMKM Naik Kelas
Webinar ini menghadirkan narasumber ternama seperti desainer Ali Charisma, IDFL Indonesia, Torajamelo, dan PT Internasional Multi Nusa. Mereka berbagi wawasan dan pengalaman membangun industri fesyen yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
“Kami berharap lahir komitmen bersama untuk membangun industri fesyen nasional yang lebih hijau, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan global,” tutup Dickie.