Tangerang, 21 November 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mematangkan persiapan Indonesia dalam menghadapi perhelatan Industrial International Exhibition (INNOPROM) 2026, pameran industri terbesar di Rusia. Indonesia akan tampil sebagai Partner Country, status istimewa yang membuka peluang besar untuk memperkenalkan kekuatan manufaktur nasional kepada dunia. Untuk memperkuat langkah tersebut, Kemenperin menggelar Business Dialogue Road to INNOPROM 2026 di Surabaya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan bahwa partisipasi Indonesia pada ajang internasional ini memiliki nilai strategis yang sangat tinggi. Menurutnya, ini adalah momentum bagi Indonesia untuk tampil dengan visi yang jelas, inovatif, dan menunjukkan daya saing industri nasional di tingkat global.
Baca juga: Kementerian UMKM Luncurkan Holding Fesyen dan Kerajinan Untuk Perkuat Industri Kreatif Nasional
“Partisipasi Indonesia sebagai Partner Country merupakan momentum penting untuk menampilkan kemampuan, inovasi, dan daya saing industri nasional di hadapan komunitas global. Kami ingin memastikan kehadiran Indonesia bukan hanya sebagai peserta, tetapi mitra strategis dengan visi terhadap inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan industri inklusif,” ujar Menperin.
Sekretaris Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII), Syahroni Ahmad, menyampaikan bahwa INNOPROM akan menjadi pintu masuk penting bagi Indonesia untuk memperluas pasar dan mempererat kemitraan dengan Rusia serta negara-negara Commonwealth of Independent States (CIS).
“Sebagai Partner Country 2026, Indonesia akan memanfaatkan platform ini untuk mendorong kerja sama industri dan investasi, memperkuat hubungan business-to-business hingga government-to-government, serta mempromosikan kemampuan teknologi dan kreativitas nasional,” jelasnya.
Syahroni menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi percepatan transformasi menuju negara industri maju melalui hilirisasi dan peningkatan nilai tambah. Hingga triwulan III/2025, ekspor manufaktur nonmigas mencapai USD167,85 miliar, berkontribusi 81% dari total ekspor nasional. Sementara itu, sektor manufaktur nonmigas menyumbang 17,39% PDB nasional.
Capaian Indonesia sebagai kekuatan industri juga terlihat dari indikator Manufacturing Value Added (MVA). Pada 2024, Indonesia menempati peringkat ke-13 dunia dan tertinggi di Asia Tenggara, dengan nilai MVA mencapai USD265 miliar, dua kali lipat dari Thailand.
Hubungan ekonomi Indonesia–Rusia terus menunjukkan potensi pertumbuhan. Pada 2024, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD3,98 miliar, dengan total investasi Rusia di Indonesia sebesar USD262,8 juta. Peluang ekspansi kerja sama terbuka lebar pada sektor pangan, pertanian, farmasi, alat kesehatan, shipbuilding, chrysotile, pupuk, hingga metalurgi.
Indonesia juga terus mendorong percepatan pembentukan Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (IEAEU-FTA) untuk membuka akses pasar yang lebih luas.
Baca juga: DMI Expo 2025: Menyatukan Perdagangan, Pariwisata, dan Budaya Indonesia di Eropa
Syahroni optimistis bahwa pada 2026, Indonesia akan tampil sebagai negara dengan visi kuat dan industri yang siap bersaing di masa depan. “Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kesiapan sektor industri kita yang kompetitif dan berorientasi masa depan.”
Kemenperin mengajak seluruh pelaku industri memanfaatkan forum Business Dialogue sebagai ruang memperkuat jejaring, membuka peluang kemitraan, serta menampilkan keunggulan industri dari berbagai daerah.


