Tangerang, 07 November 2025 – Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Dyah Roro Esti Widya Putri, menegaskan pentingnya peningkatan fasilitasi bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) milik perempuan agar semakin berdaya dan mampu berperan aktif dalam rantai nilai regional dan global. Hal tersebut disampaikan dalam lokakarya internasional bertajuk “Workshop on Best Practices on Trade Facilitation for MSMEs, Including Women-Owned MSMEs: Shaping Better Opportunity in the Regional and Global Value Chains” yang digelar di Jakarta, Kamis (6/11).
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini merupakan hasil kerja sama dalam kerangka Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), sebagai platform strategis bagi negara-negara anggota untuk berbagi pengalaman, menyusun kebijakan inklusif, dan memperkuat integrasi perdagangan antar pelaku UMKM.
Baca juga: Penyaluran KUR Capai 76% Pemerintah Targetkan Optimalisasi Hingga Akhir Tahun
Menurut Wamendag Roro, lebih dari 97 persen pelaku usaha di kawasan Asia Pasifik merupakan UMKM yang memberikan kontribusi 40–60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta menyerap 60–80 persen tenaga kerja. Hal ini menjadikan UMKM sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi regional.
“Lokakarya internasional ini penting untuk merumuskan rekomendasi kebijakan fasilitasi perdagangan yang inklusif agar UMKM, termasuk yang dimiliki perempuan, dapat meningkatkan daya saing dan berperan aktif dalam rantai nilai global,” ujarnya.
Namun demikian, UMKM masih menghadapi berbagai tantangan utama seperti keterbatasan akses pembiayaan, hambatan teknis perdagangan, keterampilan digital, hingga minimnya akses pasar. Karena itu, kegiatan ini menghadirkan perwakilan pemerintah, pelaku usaha, organisasi internasional, akademisi, dan masyarakat untuk berdiskusi dan menyusun solusi konkret.
Salah satu program unggulan yang telah dijalankan Kementerian Perdagangan untuk mendukung ekspor UMKM adalah Program UMKM BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi). Program ini memberikan pendampingan mulai dari pendaftaran melalui platform InaExport, kurasi produk, hingga business matching dengan calon pembeli internasional.
Selain itu, Kemendag juga menggandeng berbagai lembaga internasional seperti International Trade Centre (ITC) melalui program SheTrades Hub Indonesia, SheTrades Outlook, serta kolaborasi dengan Trade Facilitation Office (TFO) Kanada melalui program Women in Trade for Inclusive and Sustainable Growth (WITSG) untuk memperkuat kapasitas pelaku usaha perempuan.
Sementara itu, perwakilan Bappenas, Bekti Setyorani, menilai lokakarya ini sangat bermanfaat dalam mendorong lahirnya kebijakan yang lebih responsif dan mendukung persaingan usaha perempuan di pasar global.
Baca juga: Kemenperin Pamerkan Produk Unggulan dan Inovasi Pada Satu Tahun Pemerintahan Baru
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 peserta dari 13 Ekonomi APEC dan Kolombia, dengan pembahasan rekomendasi strategis mencakup penyederhanaan prosedur perdagangan, peningkatan akses pembiayaan, penguatan literasi digital, dan kerja sama ekonomi regional.
Wamendag Roro menegaskan, penguatan UMKM perempuan bukan hanya isu ekonomi, tetapi juga agenda pembangunan inklusif yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.


