Tangerang, 17 September 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk memperkuat program hilirisasi kemenyan sebagai salah satu langkah strategis dalam meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal. Getah aromatik dari pohon genus Styrax ini tidak hanya bernilai budaya tinggi, tetapi juga menyimpan potensi besar dari sisi ekonomi dan industri, terutama dalam pengembangan minyak atsiri.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan bahwa hilirisasi kemenyan mampu mendorong daya saing pelaku IKM di daerah penghasil.
Baca juga: Kemenperin Gencarkan Program Penguatan Brand Identity bagi IKM Kerajinan
“Hilirisasi kemenyan memberikan nilai tambah lebih tinggi sekaligus memperkuat daya saing IKM di daerah penghasil. Ini terus kami dorong sejalan dengan agenda hilirisasi sumber daya alam yang digagas pemerintah saat ini,” ujar Reni di Jakarta.
Data Trademap.org 2024 mencatat bahwa ekspor produk getah alam, resin, dan oleoresin Indonesia, termasuk kemenyan, mencapai USD55,5 juta dengan volume 43.685 ton atau setara USD1.270,45 per ton. Sementara itu, ekspor produk hilirisasi berupa minyak atsiri dan turunannya tercatat USD42,3 juta dengan volume sekitar 1.776 ton, bernilai jauh lebih tinggi yakni USD23.817,56 per ton.
“Angka ini membuktikan hilirisasi kemenyan memberikan nilai tambah signifikan dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” jelas Reni.
Awalnya, getah kemenyan lebih dikenal sebagai bahan ritual dan wewangian tradisional. Namun kini, berkat perkembangan teknologi, resin dan minyak atsiri kemenyan telah dimanfaatkan dalam industri parfum, aromaterapi, pengharum ruangan, kosmetik, hingga insektisida alami.
“Kemenyan dikenal sebagai fixative alami di industri parfum karena mampu membuat aroma lebih tahan lama sekaligus memperhalus transisi lapisan wangi,” tambah Reni.
Untuk memperkuat ekosistem hilirisasi, Ditjen IKMA melalui Direktorat Industri Kimia, Sandang, dan Kerajinan (IKM KSK) berkoordinasi dengan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (IHHP) serta dinas daerah di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Kedua wilayah ini menyumbang sekitar 80% produksi kemenyan dunia.
Direktur IKM KSK, Budi Setiawan, menyampaikan bahwa pemetaan kondisi lapangan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari jenis tanaman, teknik penyulingan, rantai pasok, hingga pembinaan IKM.
“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi IKM, pengolahan minyak atsiri kemenyan siap menjadi motor penggerak hilirisasi berbasis nilai tambah lokal untuk pasar global,” tegas Budi.
Baca juga: Pertamina Dukung UMKM Kebumen Ekspor Perdana Keranjang Serat Alam ke Amerika
Sebagai catatan penting, pada tahun 2025 Kemenyan Tapanuli Utara resmi memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum. Pengakuan ini membuktikan kualitas, karakteristik, dan reputasi kemenyan dari daerah tersebut, sekaligus memberikan perlindungan hukum serta nilai ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat.
Dengan langkah strategis hilirisasi ini, kemenyan Indonesia tidak hanya akan memperkuat industri minyak atsiri nasional, tetapi juga menjadikan produk lokal semakin berdaya saing di pasar internasional.