Tangerang, 11 September 2025 – Industri fesyen Indonesia tengah memasuki babak baru dengan fokus pada keberlanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan tren global sekaligus tantangan besar dalam mengurangi dampak lingkungan dari sektor fesyen yang selama ini dikenal sebagai salah satu penyumbang limbah terbesar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor fesyen memiliki potensi besar untuk mengembangkan konsep fesyen berkelanjutan. “Dengan kekayaan budaya wastra dan kreativitasnya, IKM fesyen Indonesia dapat menjadi motor transformasi industri menuju arah yang lebih hijau,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/9).
Baca juga: UMKM Indonesia Catat Transaksi Ekspor Rp149 Triliun Lewat Business Matching
Menurut Agus, langkah ini bukan hanya mendukung pengurangan dampak lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang melibatkan komunitas lokal, desainer muda, hingga pelaku IKM dari berbagai daerah.
Untuk mempercepat transformasi tersebut, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) menghadirkan berbagai strategi. Salah satunya melalui penyelenggaraan Sustainable Fashion Festival (SFF) 2025 yang berlangsung di Denpasar, Bali, pada 2–3 Agustus 2025. Festival ini digelar oleh Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) bekerja sama dengan brand fesyen berkelanjutan TRI Cycle.
Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita, menyebutkan bahwa festival ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. “Selama dua hari, SFF 2025 berhasil menarik 866 pengunjung dan menjadi ruang edukasi, kreativitas, sekaligus aksi nyata menuju fesyen berkelanjutan,” ujarnya.
Mengusung tema “Celebrate the Better Fashion”, festival ini menampilkan beragam program inspiratif, seperti fashion show dari delapan sustainable brand, pameran 17 karya pemenang Indonesia Fashion and Craft Award (IFCA), serta workshop kreatif seperti ecoprint, plastic fusion, dan crochet.
Selain itu, tersedia sesi talkshow edukatif dengan lebih dari 120 peserta, Repair Corner bersama komunitas penjahit lokal, serta program Clothes Swap yang berhasil mengumpulkan 760 kilogram pakaian bekas. Bazar IKM juga menghadirkan 39 brand dari berbagai daerah dengan total transaksi penjualan mencapai lebih dari Rp 58 juta.
Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto, menambahkan bahwa SFF 2025 juga menjadi momentum peluncuran dua inisiatif baru dari TRI Cycle, yaitu Rekynd Hub dan Brickini. Rekynd Hub berfokus pada pengelolaan tekstil dengan konsep textile circularity, sementara Brickini merupakan hasil kolaborasi dengan Parongpong Raw Lab yang mengolah limbah pakaian renang dari produsen lokal di Bali.
Baca juga: Kemenperin Fokus Kembangkan Ekosistem Industri Alat Kesehatan Terintegrasi
“Inisiatif ini mendorong masyarakat untuk memandang pakaian bukan hanya sebagai produk konsumsi, tetapi sebagai aset yang bisa diberdayakan kembali,” jelas Dickie.
Dengan antusiasme tinggi masyarakat, pemerintah optimistis fesyen berkelanjutan akan menjadi tren masa depan di Indonesia. SFF 2025 diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan ekosistem fesyen yang lebih bertanggung jawab, inklusif, serta berdaya saing global.