Tangerang, 11 September 2025 – Menteri Perdagangan Budi Santoso memimpin peluncuran Program Desa Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor di Kabupaten Jembrana, Bali, Selasa (9/9). Program ini menjadi langkah strategis menjadikan desa sebagai motor penggerak ekspor Indonesia melalui kolaborasi erat antara pemerintah, swasta, koperasi, dan masyarakat.
“Keberhasilan ekspor tidak bisa dicapai sendirian, melainkan melalui sinergi semua pihak. Mari bersama-sama menjadikan desa sebagai motor penggerak ekspor Indonesia,” ujar Mendag Budi Santoso.
Baca juga: UMKM Indonesia Catat Transaksi Ekspor Rp149 Triliun Lewat Business Matching
Program Desa BISA Ekspor merupakan hasil kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, di antaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Pertanian, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank, Astra, serta mitra strategis lainnya.
Hingga September 2025, pemerintah telah memetakan 2.357 desa potensial ekspor ke dalam dua klaster. Sebanyak 741 desa masuk Klaster 1 karena sudah siap ekspor, sementara 1.616 desa berada di Klaster 2 yang membutuhkan pembinaan lebih lanjut. Fasilitasi yang diberikan meliputi pelatihan, klinik bisnis, dukungan agregator, hingga akses permodalan dari BUMN dan sektor swasta.
Untuk desa yang sudah siap ekspor, Kemendag telah melakukan langkah konkret, seperti integrasi 15 eksportir ke dalam platform INAEXPORT, fasilitasi business pitching antara 31 eksportir dan perwakilan dagang RI di luar negeri, serta penjajakan bisnis dengan pembeli dari India dan Australia.
Peluncuran program ini juga ditandai dengan peresmian Logo Desa BISA Ekspor, yang menggabungkan filosofi TUNESA (Tunas Desa) dan ANYASA (Anyaman Desa). Logo tersebut melambangkan desa sebagai benih yang tumbuh besar melalui kolaborasi, digitalisasi, serta peran aktif pemerintah dan swasta dalam mendorong daya saing global. Selain itu, hadir pula Dashboard Desa BISA Ekspor yang menyajikan data komoditas desa secara transparan dan akurat.
Momentum peluncuran juga diwarnai pelepasan ekspor simbolis dari Desa Devisa binaan LPEI, antara lain ekspor kakao fermentasi dari Jembrana senilai Rp2,4 miliar ke Prancis, ekspor benih bandeng dari Buleleng senilai Rp45 juta ke Filipina, serta ekspor hortikultura Bali senilai Rp6 juta ke Singapura.
Wamendes PDT Ahmad Riza Patria menambahkan, lebih dari 55 ribu BUM Desa dan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) siap menjadi tulang punggung ekonomi desa. “Jika dikelola baik, BUM Desa dan KDMP mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkeadilan,” katanya.
Baca juga: Pemerintah dan IKM Bersinergi Mewujudkan Fesyen Ramah Lingkungan
Ke depan, kerja sama strategis ini akan diperkuat melalui empat pilar pendampingan: pengembangan sumber daya ekspor, promosi produk ke pasar global, perluasan akses pembiayaan, serta penguatan logistik dan digitalisasi.
Dengan sinergi berbagai pihak, Program Desa BISA Ekspor diyakini mampu menciptakan ekosistem ekspor yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing produk lokal, sekaligus membawa kesejahteraan nyata bagi masyarakat desa di seluruh Indonesia.